CHAPTER 20

1648 Kata
"Oke, kita lanjutkan obrolan kita nanti malam. Untuk saat ini kau temani dulu Crystal." Cup! Christian mencium bibir Queenie sekilas lalu dia membiarkan gadis itu untuk pergi keluar kamar mandi, sedangkan dirinya akan melanjutkan bermain solo di kamar mandi. Dia akan terus merayu Queenie agar mau disetubuhi atau jika memang harus, dia akan menjadikan gadis itu kekasihnya. Queenie keluar dari kamar mandi dan langsung mendapati muka masam Crystal di depan pintu. Gadis kecil itu hendak merajuk karena dibiarkan sendirian terlalu lama. Queenie berjongkok di depan Crystal lalu mengusap kepalanya dengan lembut,"Ih, tidak boleh cemberut nanti cantiknya hilang," Godanya membuat Crystal cepat-cepat tersenyum lebar. Gadis kecil itu merentangkan tangannya karena meminta untuk digendong. Queenie dengan cepat mengangkat tubuh kecil Crystal lalu membawanya ke ruang depan untuk menemaninya bermain. Hari ini merupakan hari yang sulit. Christian tiba-tiba pulang dan menyeretnya ke dalam kamar mandi setelah memaksa Crystal untuk menunggu sejenak. Tanpa banyak berkata Christian langsung menciumnya seperti orang gila dan itulah yang membuat Queenie kalang kabut. Tidak mengerti dengan apa yang dipikirkan pria itu, Queenie hanya bisa menuruti dan berupaya mengimbangi ciuman panas Christian. "Mommy, tadi ada yang telepon. Crissy tidak tahu itu siapa." Queenie sedikit terkejut karena Crystal mengangkat telepon dari ponselnya. Dengan cepat dia kembali ke dalam kamar lalu mengambil ponsel. Queenie menutup bibirnya karena nama Mamanya yang muncul paling atas di riwayat panggilan. "Astaga... Apa Mama sudah tahu?" Dengan bergetar Queenie menekan tombol hijau untuk menelepon sang Mama. Semoga saja dirinya masih bisa terselamatkan. "Halo? Queenie? Kenapa, sayang?" Queenie meneliti suara sang Mama yang tampak baik-baik saja. Sepertinya Mamanya tidak mengetahui apapun. "Tidak, tadi Mama menelepon ku ya?" "Hah? Tadi kan Mia yang menelepon. Dia meminjam ponsel Mama. Kau lupa atau bagaimana?" Queenie menggigiti kukunya karena mulai ketakutan. Oke, kini Mamanya telah menaruh kecurigaan dan bagaimana cara dia menjawab ini? "Eh... I-Iya. A-Aku kira Mama menelepon lagi." "Hmm, ya sudah. Bagaimana kabarmu di sana? Tempatnya nyaman? Kau makan banyak, kan?" "Iya, Mama. Semuanya sempurna kok," Jawab Queenie. Beruntung karena Sang Mama tidak banyak bertanya sehingga dia bisa berpamitan dengannya. Sepertinya Queenie mesti menghubungi Mia dan berkata sejujurnya kepada sahabatnya itu karena dia tidak mau Mia mengacau. "Oke, nanti saja. Untuk saat ini sebaiknya aku fokus untuk menemani Crystal." Queenie keluar dari kamar Crystal untuk kembali menemui gadis kecil itu. Beberapa menit setelahnya, Christian pun turut bergabung bersamanya sambil membawa tumpukan kertas. Sepertinya dia hendak mengoreksi hasil kuis di kampus. "Profesor, apakah kau selalu melakukan ini setiap siang?" Christian melirik Queenie yang duduk di sampingnya sebelum mengangguk. Dia seorang Profesor, tentu saja ini tugas yang mesti dia selesaikan. "Tentu saja. Tapi jangan harap kau akan mendapatkan nilai A hanya karena kau tinggal bersamaku, Queenie. Aku tetap akan memberi kuis dan ujian kepadamu." "Pelit sekali. Padahal Profesor sudah sering mencium ku, tapi masih pelit." Entah keberanian dari mana Queenie bisa bersikap seperti sudah akrab dengan Christian padahal mereka baru tinggal bersama selama empat hari saja. Apa karena pria itu telah berani menciumnya? Christian tidak menanggapi perkataan Queenie. Dia mulai melakukan tugasnya untuk mengoreksi semua kertas jawaban. Queenie kembali memusatkan perhatiannya kepada Crystal. Dia menemani bocah itu untuk bermain masak-masakan dan sesekali tertawa gemas melihat tingkah Crystal yang lucu untuknya. Crystal adalah gadis kecil yang menyenangkan. Kenapa ibu kandungnya tega menelantarkan Crystal begitu saja? Christian menatap keduanya dengan seksama. Akhir-akhir ini dia jadi kepikiran sesuatu soal putrinya. Crystal tidak pernah tertawa sebahagia itu bersamanya, tapi ketika bersama Queenie... Dia bisa melihat tawa yang sangat menggambarkan kebahagiaan. Apakah selama ini Crystal memang membutuhkan sosok seorang ibu? "Crystal," Panggilnya. Gadis kecil itu berhenti bermain lalu menoleh kepada sang ayah yang memanggilnya,"Ada apa, Daddy?" Christian meletakkan kertas itu ke atas meja lalu merentangkan tangannya,"Sini, Daddy mau memelukmu dulu." Crystal dengan cepat mengangguk. Dia berpindah ke atas pangkuan Christian lalu mendekap tubuh ayahnya dengan erat. Pria itu memeluk putrinya sayang sembari mengecup lembut puncak kepala Crystal sebagai tanda kalau dia begitu mencintai putrinya. Terkadang dia sangat menyesal karena membuat Crystal menjadi seperti ini hanya untuk mendapatkan perhatian seorang ibu. Queenie yang melihat hanya mampu terdiam di dalam keharuan. Dia bisa menebak dengan benar kalau Christian adalah seorang ayah penyayang yang tidak akan pernah ingin membuat putrinya kecewa. Dia senang karena Christian menempatkan putrinya sebagai prioritas utama dalam hidupnya sampai rela mengorbankan waktu dan nyawanya kepada Crystal. "Do you love me, little one?" "I do, Daddy. I love you to the moon and back," Jawabnya tanpa ragu. Christian tersenyum kecil lalu dia menangkup pipi gembul Crystal sebelum mencium pipinya. "I love you too, sweetheart." Lagi-lagi Queenie dibuat terharu. Dia pun sering bermanja-manja dengan Papanya sewaktu dirinya masih kecil dulu bahkan sampai rela menunggu Papanya pulang agar bisa tidur sambil memeluk sang Papa. Dia tahu bagaimana rasanya ketika Crystal mengatakan kalau dia menyayangi Christian. Queenie jadi penasaran tentang mengapa ibu kandung Crystal lebih memilih untuk meninggalkannya bersama Christian. Pasti ada sesuatu hal yang berat sehingga membuat wanita itu menelantarkan putrinya sendiri. "Daddy, apakah nanti sore kita akan jalan-jalan?" "Tentu saja, sayang. Kau mau pergi jalan ke mana?" Tanya Christian. Dia akan meluangkan waktunya untuk Crystal dulu sebelum kembali melanjutkan pekerjaannya. "Mommy, kita akan pergi ke mana? Taman bermain atau taman kota?" Tanyanya kepada Queenie. Kemarin gadis itu sudah mengajak Crystal pergi ke taman kota lalu menikmati suasana indah di sana. Crystal begitu antusias dengan sepeda-sepeda yang terlihat ataupun orang-orang yang sedang piknik keluarga. "Bagaimana kalau nanti sore kita piknik di taman kota? Kemarin kan kita tidak melakukannya, Crissy?" Cetusnya. Crystal mengangguk senang dengan tawaran Queenie. Tentu saja, dia ingin melakukan piknik di taman kota bersama Mommy dan Daddy nya seperti orang-orang itu. Christian mengusap rambut putrinya seraya ikut menyetujui,"Baiklah. Kita akan pergi sekitar jam tiga saja. Sekarang kau tidur dulu, ya?" Crystal mengangguk lalu dia dengan cepat berlari ke kamarnya sendiri untuk mendapatkan tidur siangnya. Christian menatap pintu kamar Crystal yang tertutup rapat sebelum perhatiannya kembali kepada Queenie yang terpaku di tempatnya. "Uhm, kita akan makan apa? Maaf... Aku tidak bisa memasak, Daddy," Queenie kembali memanggil Christian dengan sebutan itu karena memang Christian memintanya saat mereka hanya berdua saja. "Tidak apa-apa. Aku akan membantumu," Christian menyimpan kertas jawaban para muridnya ke laci meja lalu dia berdiri diikuti Queenie. Mereka berdua berjalan ke dapur untuk menyiapkan makanan piknik. Christian membuka kulkas lalu meneliti semua yang ada di dalamnya. "Sepertinya Pasta tidak masalah, kan? Kurasa hanya ini yang tersedia." "Sandwich juga terdengar menjanjikan, Daddy," Tambahnya dan Christian mengangguk cepat. Dia mengeluarkan semua bahan dan alat masak ke atas meja dapur lalu perlahan menyiapkan air untuk membuat Pasta. Kali ini Queenie melihat dengan seksama dan merekam semuanya ke dalam otak. Dia ingin sekali belajar memasak dan sepertinya Christian bisa mengajarinya. "Kenapa harus menambah garam di dalam rebusan air, Daddy?" Christian meliriknya sekilas sebelum mengendikkan bahunya,"Rasanya akan hambar jika tidak kau berikan garam." "Oh, begitu," Sahutnya. Dia melihat cara Christian meniris Pasta dan ketika pria itu menaruhnya di tempat yang kering. Selanjutnya, Christian akan membuat roti isi. Dia menyiapkan sebuah tempat pemanggang untuk roti tawar yang sudah disiapkannya. Queenie melihat Christian tidak menambahkan sayuran, itu artinya Crissy tidak menyukai sayuran. "Kau suka sayur kan, Queenie?" "Tentu saja, Daddy. Aku pemakan segala," Jawabnya spontan. Christian tertawa kecil mendengar jawaban Queenie. Gadis ini hobi makan rupanya, tapi sial karena tubuhnya malah semakin seksi dan menggiurkan. "Agar terlihat menarik, potong roti isinya seperti ini. Crystal senang memakan roti isi yang berbentuk." Queenie menganggukkan kepalanya seperti sudah mengerti. Dia membantu Christian menyimpan makanan yang sudah disiapkan ke dalam kotak makanan yang akan mereka bawa nanti. "Akhirnya selesai!" Queenie tersenyum lebar melihat beberapa kotak makanan yang sudah siap. Dia menatap Christian yang rupanya sedang sibuk menatapnya. "Uhm, Daddy?" Christian langsung menarik pinggang Queenie agar mendekat padanya lalu tanpa banyak bicara dia mendudukkan Queenie ke atas meja makan. Gadis itu kembali berdebar-debar karena tahu apa yang hendak dilakukan oleh si Profesor ini. "Terima kasih karena kau sudah mau menemani putriku selama empat hari ini. Semuanya sangat berarti untuk Crystal." "I-Iya. Aku... Aku juga senang berada bersama Crissy. Dia gadis kecil yang mempesona." Christian meraih dagu Queenie lalu ia mencium bibir gadis itu. Ciuman itu cukup lembut dan mesra sampai Queenie tidak ingin menolaknya. Tangan Christian melingkar di pinggangnya agar Queenie tidak menjauh darinya. Empat hari bersama gadis ini membuat pikirannya kacau. Dia merencanakan untuk meniduri Queenie, tapi rencananya selalu tidak berhasil karena kepolosan Queenie yang membuat dia tidak tega untuk merusak gadis itu. Bibir Christian turun ke lehernya lalu mencium kulit leher Queenie yang mulus. Dia meninggalkan satu tanda di pundak sebelah kiri Queenie. "Da-Daddy..." "Kau sangat menggoda, Queenie. Aku semakin tidak bisa menahan diriku," Ia meremas pelan paha gadis itu dan tingkahnya seperti ingin melakukannya terhadap Queenie. "Jangan, Daddy. Kita tidak bisa melakukannya." "s**t! Kalau begitu bantu aku dengan cara lain!" Desaknya. Queenie memilih untuk turun dari atas meja lalu ia tiba-tiba memeluk tubuh Christian. "Aku percaya kalau Daddy adalah orang baik." Christian terdiam begitu saja mendengarkan ucapan Queenie. Benar juga, jika Queenie menganggapnya jahat, pasti sudah lama gadis ini memilih untuk pergi. Namun kenyataannya, Queenie tetap di sini meski dia sudah melecehkan gadis itu sekali. Christian melepas pelukan Queenie lalu dikecupnya lagi bibir gadis itu sebelum menatap mata biru pudarnya yang cerah,"Kau memang gadis baik-baik, Queenie. Aku sudah terlalu jauh memaksamu." "Tidak, Daddy. Terkadang... Aku ingin dicium seperti tadi. Aku suka," Balasnya. Tentu saja, kan? Siapa yang tidak suka dimanjakan oleh pria yang dicintai? Queenie tidak mau menjadi munafik untuk kali ini. Dia mencintai Christian dan dia menerima jika pria itu ingin menciumnya. Namun, Queenie masih sangat waras dengan tidak melakukannya di luar batas. Christian dan dia bukanlah pasangan kekasih. Dia tidak mau di saat dia sudah kehilangan hal yang paling berharga itu, Christian akan pergi meninggalkannya begitu saja. "Kau tidak akan meninggalkan aku kan, Christian?" Untuk yang pertama kalinya Queenie memberanikan diri untuk memanggil nama pria itu. Christian awalnya terkejut, tapi dia menyukai cara Queenie menyebut namanya. "Aku bukan pria dengan komitmen, Queenie. Kau sudah mengambil keputusan yang tepat dengan menolak untuk melakukan seks denganku," Setelah itu Christian pun menjauh dari Queenie yang masih terdiam di atas meja makan. Ia menolehkan kepalanya ke kiri dan tersenyum pahit karena Christian sepertinya tidak akan pernah memberikan dia kesempatan. Bodoh sekali karena Queenie mengharapkan sebuah hubungan yang serius di saat mereka hanya saling mengenal selama empat hari saja. Dia terlalu bodoh dan egois di saat yang bersamaan. TBC
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN