CHAPTER 21

1286 Kata
Hari ini merupakan hari terakhir keberadaannya di apartemen Christian. Queenie mengalami banyak hal selama satu Minggu bersama pria itu. Seperti berciuman misalnya, Queenie bahkan sedikit menguasai beberapa cara tertentu dalam mencium. Selain itu, dia sudah dua kali memuaskan Christian dengan mulutnya. Sungguh, meski itu menjijikkan, Queenie tetap melakukan itu. Melihat bagaimana reaksi Christian ketika dia melakukannya, Queenie seperti merasa sedikit bangga. Namun, mereka sama sekali tidak melakukan hubungan intim. Gadis itu tetap mempertahankan apa yang dia punya meski Christian sudah beberapa kali menyentuh tubuhnya. Sekarang, Queenie tengah menemani Crystal mewarnai buku gambar. Dia juga sibuk memikirkan kata-kata yang tepat agar nanti Crystal bisa mengerti kalau dirinya tidak bisa tinggal lebih lama lagi. Queenie tahu kalau dia akan memberi luka yang sangat menyakitkan terhadap gadis kecil ini, tapi dia harap Crystal bisa memahami situasi mereka. "Mommy, aku suka warna biru. Mommy suka warna apa?" Tanya Crystal sembari melanjutkan mewarnai langit dengan warna biru terang. Queenie sedikit berpikir sebelum telunjuknya menunjuk warna pink. "Yang ini cantik, Mommy suka warna merah muda." Crystal dengan cepat mengganti pensil warnanya dengan warna merah muda lalu melanjutkan mewarnai langit. Queenie sedikit tidak mengerti kenapa tiba-tiba Crystal mengganti warnanya. "Aku mau menyukai warna yang sama dengan Mommy. Kalau aku menyukai warna berbeda, nanti Mommy akan meninggalkan aku." Entah kenapa hati Queenie seperti tercubit mendengar penuturan itu. Sebegitu dalam kah rasa sayang Crystal kepadanya sampai dia rela melepaskan sesuatu yang disukainya demi untuk menyamakan kesukaannya dengan Queenie? "Crissy, Mommy mau peluk dulu. Ayo sini," Queenie membawa tubuh Crystal ke dalam pelukannya lalu ia usap punggung Crystal dengan pelan. Dia ingin sekali meminta maaf kepada Crystal karena dirinya akan meninggalkan gadis kecil ini sebentar lagi dan tidak tahu kapan untuk kembali. "Mommy harap kau selalu bahagia, sayang." "Aku bahagia saat bersamamu, Mom. I love you more than anything." Sungguh b******n wanita sialan yang membuang Crystal begitu saja. Gadis kecil ini begitu penuh dengan ketulusan dan kebaikan hati yang mungkin tidak semua orang memilikinya. Kenapa ibu kandung Crystal lebih memilih untuk menyerahkannya daripada merawatnya? Queenie mengutuk siapa pun wanita itu. Ting! Tong! Keduanya menoleh ke arah pintu ketika mendengar bel berbunyi. Tidak biasanya bel dibunyikan karena setahu Queenie, Christian akan langsung membuka pintu apabila pria itu pulang. Apakah ada tamu? Mengingat itu, membuat ia sedikit merasa cemas. Bagaimana jika tamu itu mencurigai dirinya? Atau bagaimana kalau orang lain ternyata tahu kalau dia berada di sini? "Sebentar, Mommy mau mengecek ke depan pintu dulu," Ia melepaskan pelukannya dari Crystal lalu beranjak ke arah pintu. Queenie melirik ke lubang pintu untuk melihat siapa yang datang dan alisnya sedikit terangkat karena mendapati seseorang yang tidak dikenalnya. Mau tidak mau Queenie harus membuka pintu karena siapa tahu itu tamu penting yang hendak menitipkan pesan terhadap Christian. Dia bisa menyamar sebagai pelayan rumah kalau itu diperlukan. Dengan ragu Queenie membuka pintu, dia menatap takut kepada pria asing yang ingin bertamu. "Si-Siapa?" "What? Kau yang siapa? Ini apartemen Kakak ku." Queenie menggigit bibir bawahnya karena begitu gugup dan takut akan ketahuan. "A-Aku... Aku pengasuh." "Pengasuh? Secantik ini? Kau bercanda?!" Queenie menelan ludahnya dengan susah payah. Apa dia mesti mengatakan kalau kemarin Christian meminta dirinya untuk menjadi kekasih pria itu? Haruskah Queenie mengatakan kalau dia dan Christian kini berpacaran walau terdengar sangat konyol? "A-Aku..." "Uncle Tommy?!" Keduanya menoleh ke arah sumber suara. Crystal sudah berada di belakang Queenie dan siap berlari ke dalam pelukan pria bernama Tommy itu. "Hai, manis ku!" Tommy merentangkan tangannya lalu membawa keponakannya itu ke dalam pelukan. "Uncle, ini Mommy ku. Dia tinggal bersama kami sudah satu Minggu," Ucapan Crystal membuat wajah Queenie semakin memerah padam. Dia dengan segera menggerakkan telapak tangannya seolah memberi tanda kalau ucapan Crystal hanyalah bualan semata. Pria yang Queenie tebak merupakan adik dari Christian itu lantas segera menatapnya penuh tanya. "Oh... Pengasuh yang merangkap menjadi istri, hum?" Mata biru Queenie membulat sempurna. Dia menggeleng keras karena menurutnya dugaan Tommy sangatlah salah. Dia bukanlah istri ataupun ibu kandung Crystal. Semuanya murni karena dia bekerja dengan Christian meski pekerjaannya terdengar sangat aneh. "A-Aku hanya orang asing. Sungguh!" Itu merupakan jawaban paling konyol yang ia katakan. Tommy menggeleng lucu lalu dia pun dengan segera masuk ke dalam apartemen Christian. Dia tidak memedulikan Queenie yang berdiri canggung di depan pintu, Tommy lebih memedulikan Crystal dan memberi keponakannya itu boneka baru yang sempat dia beli sebelum berangkat kemari. "Jadi siapa namamu?" Merasa dipanggil, Queenie pun mendongakkan kepalanya,"Queenie Anderson." "Darimana kau bisa kenal dengan kakak ku?" Kini Tommy menatapnya intens. "Uhm... Dia... Dia Profesor di kampus ku," Cicitnya. Queenie kembali menundukkan kepalanya karena merasa takut akan dimarahi atau dicecar oleh saudara Christian ini. Tommy berdiri. Dia mendekati Queenie lalu menatap lekat ke arahnya,"Astaga... Kau masih sangat muda, tapi berani sekali bermain dengan pria dewasa. Gadis zaman sekarang memang seleranya tidak main-main." Queenie semakin tertunduk malu. Kehadiran Tommy di tempat ini membuat dia sangat tidak nyaman. Kenapa pula Christian memiliki saudara yang seperti ini, sih? "Ya sudahlah... Ngomong-ngomong namaku Tommy Douglas. Aku adik bungsu dari pacarmu itu." Pipinya lantas semakin memerah dan Queenie hanya mengangguk kecil. "Maaf karena telah membuatmu merasa tidak nyaman, Nona." Tommy lantas meninggalkan Queenie yang masih mematung di depan pintu. Pria itu pergi ke dapur lalu membuka kulkas untuk mencari makanan atau minuman yang bisa dia santap. Pagi ini dia sampai ke Seattle setelah melewati malam panjang di pesawat serta beberapa urusan penting lainnya di mansion sang ibu. Christian meminta Tommy untuk datang kemari karena ada sebuah tugas yang hendak dia berikan kepada pria itu. Itulah sebabnya kenapa Tommy berada di apartemen Christian sepagi ini. "Eugene sudah pergi cukup lama, ya?" Queenie menatap Tommy yang telah duduk kembali ke atas sofa. Dahinya berkerut dalam karena merasa asing dengan nama yang disebutkan Tommy. "Eugene?" Ia membeo. Seketika Tommy tertawa geli,"Kau bahkan tidak tahu nama lengkapnya, gadis kecil? Ya... Aku dan kakak kedua ku sering memanggilnya Eugene. Itu nama pertamanya." "Oh... Maaf, aku tidak tahu." "Sudahlah. Hey, ayo duduk di sini. Kau bukan patung, jadi jangan berdiri di depan pintu," Titah Tommy. Queenie mengangguk cepat lalu dia pun dengan segera mengambil tempat yang ajak berjauhan dari Tommy. "Apa Eugene menyakitimu?" "Ti-Tidak, Mr. Douglas." Tommy meneguk kaleng bir lalu mengangguk pelan. Syukurlah kalau memang Christian tidak bertindak gila dengan menyakiti gadis ini seperti yang pernah pria itu lakukan dengan mantan kekasihnya dulu. Itulah sebabnya mengapa Christian tidak pernah mendapatkan kekasih yang setia, karena dia sering menyakiti kekasihnya secara fisik. Memang bukan lagi rahasia kalau Christian adalah pria yang kasar. Selama ini Tommy berpikir kalau Kakaknya itu tidak akan pernah menemukan kekasih karena sifatnya yang kasar, tapi sepertinya gadis ini baik-baik saja bahkan bertahan selama satu Minggu untuk tinggal bersama Christian. "Ku harap kau tidak menaruh banyak permintaan terhadap Eugene. Dia bukan pria berwatak lembut seperti yang kau bayangkan, Nona. Kakak ku seperti singa kalau dia marah dan kau mesti menyiapkan diri untuk bagian terburuknya." "Maksudnya?" "Well... Dia suka memukul. Kau harus pandai membuatnya senang kalau kau tidak mau dilukai secara fisik," Jawab Tommy. Queenie merasakan hatinya semakin waspada. Dia memang tidak pernah menerima pukulan dari pria itu, tapi Queenie sedikit menyadari kalau Christian adalah pria yang kasar. Contohnya saja ketika pria itu menciumnya, bibirnya terasa bengkak dan sakit. Apakah Christian memang pria yang sangat kasar? "Aku dan Profesor Douglas tidak memiliki hubungan sejauh itu, Mr. Douglas. Kami... Kami hanya-" "Dia menjadikan mu kekasih, kan?" Queenie lekas mengangguk. "Itu artinya kau sudah menjadi miliknya. Kau harus berhati-hati, Nona. Jangan mendekati pria mana pun selagi kau masih berperan sebagai kekasihnya. Aku ingatkan lagi, Eugene bukan pria lembut. Dia menuruni darah Kakek kami yang seorang-" Ucapan Tommy terputus begitu saja karena dia mengingat akan sesuatu. Tommy baru sadar kalau dia berbicara terlalu jauh pada orang asing. Queenie tidak perlu mengetahui lebih lanjut soal latar belakang keluarga Christian yang merupakan keluarga Mafia. "Uhm... Seorang tempramental," Lanjutnya kemudian. Mereka tak lagi melanjutkan obrolan karena Tommy tampaknya fokus dengan beberapa berkas penting yang dia bawa. Pria itu sama seperti Christian, terlihat diam dan benar-benar serius ketika mengerjakan sesuatu. Namun, Queenie hanya terpesona saat bersama Christian. TBC A/N : Hai Aduh, saya harap ga terlalu kemaleman ya :)
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN