Pagi-pagi sekali Queenie bangun. Dia meregangkan ototnya yang terasa kaku sebelum kembali menguap.
Beberapa detik kemudian ia baru menyadari kalau dirinya berada di apartemen orang asing. Queenie mendudukkan dirinya, dia menoleh ke kanan dan mendapati Crystal tengah tertidur dengan jempol yang berada di dalam mulutnya. Senyum kecil perlahan merekah di bibirnya. Dengan hati-hati dia mengecup pipi gembul Crystal sebelum akhirnya dia beranjak dari sana. Christian tidak ada di dalam kamar.
Kemungkinan pria itu sudah bersiap untuk kuliah. Queenie tahu kalau dia akan membolos selama satu Minggu ini, tapi Christian mengatakan kalau dirinya yang akan bertanggung jawab soal itu, jadi Queenie tidak perlu cemas.
Gadis itu pergi ke kamar mandi yang ada di dalam kamar Crystal untuk membasuh wajahnya. Dia lupa kalau alat mandinya masih ada di dalam koper dan koper tersebut berada di kamar Christian.
"Kau sangat bodoh, Queen. Seharusnya kau bisa bangun lebih pagi daripada Profesor," Dia menatap dirinya di cermin lalu mendelik terkejut saat mendapati sesuatu di kulit lehernya.
Queenie menyibak rambut coklatnya ke samping kiri lalu matanya memandang tajam ke pantulan kaca.
"Apa ini?" Diusapnya perlahan tanda kemerahan di lehernya itu. Queenie tidak tahu bekas apa itu. Apa iya nyamuk menggigitnya semalam? Tapi kenapa bekas gigitan nyamuk itu sangat aneh?
"Aneh sekali. Ya sudahlah, tinggal tutupi dengan make up saja," Gumamnya. Setelah selesai cuci muka, Queenie pun keluar dari kamar mandi. Tepat setelah itu, dia melihat Crystal telah terbangun dari tidurnya.
Gadis itu tersenyum lebar lalu mendekati Crystal yang berada di atas ranjang.
"Halo, Crissy. Tidur mu nyenyak?" Queenie duduk di sampingnya lalu membawa gadis itu ke dalam pelukannya yang hangat.
"Mommy, tidurku nyenyak karena ada Mommy di sini. Jangan pergi lagi, ya?" Pinta Crystal dan hanya dijawab dengan anggukan oleh Queenie meski sebenarnya dia akan pergi satu Minggu lagi.
"Kau lapar? Mau Mommy buatkan sesuatu?" Tanyanya. Queenie sadar kalau dirinya tidak bisa memasak bahkan hampir tidak pernah menyentuh dapur untuk memasak. Sejenak Queenie sedikit merasa menyesal karena tidak pernah mau diajarkan memasak oleh Mamanya. Dia bahkan iri dengan Eleanor yang bisa membuat makan malam dengan menu terlezat dibanding restoran yang sering dia sambangi.
"Terserah. Crissy makan apa saja, Mom."
Queenie mulai berpikir keras tentang apa yang akan dia buat untuk sarapan. Arrgh! Memangnya dia bisa membuat apa selain mengunyah?!
Queenie mengajak Crystal untuk merapikan tempat tidur lalu memandikan gadis kecil itu sekalian mandi bersama. Crystal gadis kecil yang manis, dia senang menghabiskan waktu bersamanya.
"Crissy, Mommy mau ambil pakaian dulu di koper ya? Kau bisa berpakaian sendiri?" Tanya Queenie sambil memegang lipatan handuk yang agak kekecilan di tubuhnya itu. Crystal mengangguk cepat lalu mengambil pakaian yang sudah disiapkan Queenie di atas ranjang.
Queenie melangkah keluar kamar sambil terus mengawasi sekitar karena takut ia mendapati Christian di ruang depan. Setelah memastikan keadaan aman, gadis itu pun melangkah ke kamar lainnya karena memang kopernya masih berada di sana.
Queenie membuka pintu kamar dan melangkah masuk tak lupa menutupnya kembali. Ia nyaris berteriak saat melihat Christian rupanya berada di dalam kamar dan dalam keadaan yang tak jauh beda darinya. Pria itu hanya melilitkan handuk di pinggangnya sehingga Queenie bisa melihat tubuh bagian atas Christian yang berotot dan bulu dadanya yang membuat jemarinya gatal untuk merayap ke sana.
"Nona Anderson?" Christian tidak berkedip sekali pun karena melihat Queenie yang hanya dibaluti handuk putih yang agak kekecilan sehingga buah dadanya terasa seperti terjepit oleh handuk sialan itu.
"P-Profesor... A-Aku mau mengambil koper."
Gadis itu menundukkan kepalanya karena terlalu malu dan tidak nyaman, tapi Christian tidak mengatakan apapun. Pria itu menikmati pemandangan di depannya ini dan berharap Queenie tidak akan pernah memakai pakaiannya. Gadis ini sangat beruntung karena dikaruniai kecantikan dan tubuh yang seksi.
Queenie memberanikan diri untuk melangkah ke depan. Meski dia tahu kalau Christian masih menatapnya intens, tapi Queenie juga tidak bisa terus diam. Dia harus mengenakan pakaiannya.
Gadis itu berjongkok di depan kopernya lalu dengan tangan bergetar dia mengambil pakaiannya. Punggungnya terasa dingin oleh tatapan pria itu di belakangnya. Jika dia pintar, harusnya kini Queenie berlari untuk menghindari hal yang tidak diinginkan. Namun, entah kenapa pesona Christian membuat kakinya terasa lemas hanya sekedar untuk berjalan.
Queenie berdiri dengan gugup. Dia memeluk pakaiannya erat dengan keringat yang mulai kembali muncul di dahinya. Beberapa detik kemudian, Queenie merasakan embusan napas di tengkuknya. Terasa panas dan misterius. Bersamaan dengan itu, pundaknya merasakan sentuhan seringan bulu oleh jari-jari pria itu.
"Jangan takut, Queenie. Aku tidak akan menyakitimu."
Tiga kali. Sudah tiga kali Christian memanggil nama depannya dan jantung Queenie semakin berdetak tidak karuan karena panggilan itu. Suaranya telah serak dan seperti ada panggilan lain dari cara dia memanggil.
"P-Profesor?" Cicitnya. Sungguh, Queenie sudah sangat ketakutan. Dia tahu kalau Christian bukanlah orang jahat, tapi entah kenapa pikirannya terus menyangka kalau Christian hendak melakukan sesuatu yang mungkin tidak akan dia sukai.
"Jangan takut. Bahu mu bergetar, aku tahu kau takut. Rileks saja, Queenie."
Kedua telapak tangan Christian memegang pundaknya dan meremasnya pelan demi membuat dirinya nyaman. Anehnya, perlakuan pria itu cukup membuat Queenie kembali tenang. Gadis itu kembali bernapas teratur dan jantungnya tidak berdetak cukup kuat.
"Sudah merasa rileks?" Bisiknya tepat di telinga Queenie. Dengan pelan ia mengangguk meski Queenie masih sedikit merasa gugup. Remasan di bahunya mulai tidak terasa ketika telapak tangan Christian merayap ke lengannya lalu berhenti di bagian pinggul. Queenie tidak tahu apa yang hendak dilakukan oleh Profesornya ini, tapi otaknya mulai memikirkan sesuatu yang tidak-tidak.
Dia ingat dulu Mamanya pernah berkata kalau ada bagian-bagian tertentu di tubuh perempuan yang tidak boleh dipegang laki-laki. Seperti area d**a, s**********n, pinggul, dan perut. Kini tangan nakal Christian menyentuh area terlarang itu. Queenie tidak berani untuk marah atau berlaku kasar karena dia tidak mau merusak hubungannya dengan si Profesor. Bagaimana jika nanti Christian tiba-tiba memberinya nilai E hanya karena Queenie membentaknya?
"P-Profesor... Jangan seperti ini," Pintanya. Christian tidak mendengarkan, dia hanya tersenyum miring sembari mendekatkan hidungnya di tengkuk gadis itu. Aroma sabun langsung tercium di hidungnya ketika ia menghirup wangi yang menguar dari leher Queenie.
"Kau sengaja kan selama ini? Mengenakan pakaian seksi ketika aku mengajar di kelas agar aku bisa terjerat oleh pesona mu itu?"
"Ti-Tidak, Profesor. A-Aku tidak berniat untuk menggoda mu," Jawabnya takut.
"Bagaimana perasaan orangtuamu jika tahu kalau kau itu gadis penggoda? Gadis yang berani menggoda Profesornya sendiri. Menurutmu bagaimana reaksi Papamu jika dia tahu kau menginap di apartemen seorang pria asing tanpa sepengetahuannya?"
Queenie memejamkan matanya erat. Bibir panas Christian perlahan menempel di lehernya dan terus bergerak menuju rahangnya. Gadis itu sedikit meringis karena Christian tiba-tiba menjepit lehernya dari belakang sehingga terpaksa dia mendongak.
"Queenie, kau menggoda pria yang salah. Aku sudah sering menahannya, tapi semakin hari tampilan mu semakin berani."
Queenie menahan napasnya saat ia merasakan sesuatu yang keras di belahan pantatnya.
Apa itu?
"Ma-Maafkan aku, Profesor. Ku mohon jangan beritahu Papa," Akhirnya Queenie pun menangis. Dia sangat takut apabila Christian mengadukan tingkahnya kepada Stefan.
"Aku akan jaga rahasia di antara kita asal kau mau menuruti permintaan ku. Jika kau mau, rahasia itu akan aman. Bagaimana?"
Benar-benar saat yang tepat untuk menyudutkan Queenie. Tentu saja tidak akan ada penolakan karena Queenie terlalu lugu untuk memikirkan jalan keluarnya. Oh, mungkin terlalu bodoh untuk menyelamatkan dirinya sendiri. Meski dikaruniai wajah yang cantik, gadis ini cukup bodoh dengan menerima apapun yang dikatakan Christian tanpa melihat sisi buruknya.
"Iya, Profesor. Tapi jangan beritahu Papa atau Mama."
"Mudah saja, sayang."
Christian membalikkan tubuh Queenie sehingga dia bisa melihat wajahnya yang basah karena air mata. Queenie pasti sangat ketakutan, tapi entah kenapa Christian semakin b*******h melihat wajah penuh permohonan seperti itu.
Tanpa ragu dia langsung mencium bibir gadis itu. Queenie yang tidak siap tentu saja terkejut bahkan nyaris jatuh apabila tangan kokoh Christian tidak menangkap tubuhnya. Pria itu menempelkan tubuh Queenie kepadanya dan membuat d**a gadis itu semakin terjepit.
Queenie sedikit melakukan perlawanan dengan menahan lengan berotot Christian, tapi dia akhirnya kalah ketika pria itu mendorong tubuhnya ke atas ranjang. Ada perasaan aneh yang terselubung di dalam hatinya ketika bibir Christian menciumnya ganas. Ia merasa sedikit bangga karena ternyata, Christian sudah lama memendam rasa untuk memiliki. Itu artinya, semua usahanya sedikit membuahkan hasil.
TBC
A/N : Hai lagi !!