CHAPTER 14

1480 Kata
Taksi itu sampai ke sebuah gedung bertingkat yang sangat elit. Queenie menurunkan kopernya lalu tanpa ragu dia melangkah ke dalam apartemen itu. Ada beberapa orang yang menatapnya dengan heran karena belum pernah bertemu dengannya dan ada pula yang hanya memberinya sebuah senyuman sopan. Gadis itu masih ingat nomor apartemen Christian, makanya dia tidak lagi bertanya. Dia menaiki lift menuju lantai yang dituju dengan perasaan campur aduk. Meski dia senang karena bisa melihat pria pujaannya selama satu Minggu ini, Queenie juga tidak menampik kalau dia sedikit merindukan Crystal. Gadis kecil bermata gelap yang begitu menyita perhatiannya sejenak. Bagaimana reaksi Crystal nanti jika bertemu dengannya? "Oke, aku pasti bisa. Aku harus jadi Mommy untuk Crystal. Itu tugas ku dan selama satu Minggu ini aku tidak boleh lalai." Pintu lift terbuka. Queenie melangkah cukup cepat ke sepanjang lorong sepi itu sampai akhirnya dia sampai di pintu apartemen milik Christian. Dia menekan bel dua kali lalu menunggu dalam diam. Tak lama kemudian, pintu pun dibuka. Wajah Christian lah yang pertama kali dia lihat ketika pintu itu terbuka. Rambut pria itu berantakan, tidak seperti saat dia sedang mengajar dan sungguh, dia sepuluh kali lebih tampan daripada sebelumnya. Christian hanya mengenakan kaos putih dan celana panjang, tapi tetap saja tidak menghilangkan ketampanannya yang alami. "Selamat datang, Nona Anderson. Mari masuk," Sapanya. Queenie mengangguk kaku lalu dia membiarkan Christian membawa kopernya ke dalam. Gadis itu menautkan jemarinya karena tiba-tiba dia merasa gugup dan bingung harus melakukan apa pertama kali. "Uhm, Profesor... Aku harus bagaimana?" Wajah polos Queenie semakin membuatnya gemas ingin memiliki. Apa gadis itu akan tetap polos ketika ia membawanya ke atas ranjang? "Tunggu di sini, aku panggilkan Crissy dulu." Queenie menurut. Dia duduk di atas sofa dengan sedikit kebingungan yang melandanya. Oke, bagaimana dia akan bersikap ketika bertemu dengan Crystal nanti? Senang? Sedih? Pura-pura menyesal? Astaga... "Mommy?!" Teriakan itu membuat pikiran Queenie berantakan. Ia dengan segera menoleh ke arah sumber suara dan terkejut karena tiba-tiba Crystal memeluk tubuhnya erat. "Mommy di sini! Crissy rindu sama Mommy!" Gadis kecil itu seperti enggan melepas pelukannya. Queenie tersenyum kecil lalu dia pun membalas pelukan yang menyimpan sejuta kerinduan itu. Dikecupnya pelan pelipis Crystal sembari tetap memeluknya sayang. "Mommy juga rindu padamu," Balasnya. Meski sebenarnya dia sedikit risih untuk memanggil dirinya sendiri seperti itu, tapi ini demi peran yang sedang dia jalankan. Queenie sedang bekerja sebagai ibunya Crystal, jadi dia tidak boleh mengecewakan Crystal apalagi Christian. "Kenapa Mommy lama sekali? Mommy janji kalau kita akan pergi jalan-jalan, kan?" Queenie menangkup kedua pipi gembul Crystal lalu tersenyum manis padanya,"Tidak lupa kok. Besok siang kita pergi jalan-jalan ke taman kota, ya? Kau mau?" Ajaknya dan tentu saja Crystal mau. Dia bersedia diajak ke manapun asal itu bersama Mommy nya. Christian menatap mereka sambil menyandarkan tubuhnya di dinding. Queenie benar-benar pintar memainkan peran, tapi dia senang karena Crystal kini bisa tertawa riang lagi. Memang sepertinya hanya seorang ibu yang mampu membuat kehidupan anak-anak menjadi sangat sempurna. "Crissy, ayo tidur karena ini sudah malam. Biarkan Mommy beristirahat dulu, ya? Dia kan baru saja pulang kerja," Rayu Christian. Awalnya Crystal ingin menolak, tapi ucapan Queenie membuat ia kembali tersenyum. "Nanti Mommy temani tidur, oke? Kau mau dibacakan cerita apa? Mommy punya banyak dongeng tuan putri yang bisa diceritakan untukmu," Katanya. Crystal berpikir sejenak sebelum dia membisikkan sesuatu ke telinga Queenie. Gadis kecil itu pun dengan segera berdiri dan berlari ke kamarnya sendiri. "Uhm, Profesor... Maaf karena lancang, tapi apakah aku boleh menggunakan kamar mandi mu?" "Oh, tentu saja. Silahkan, aku sudah menaruh koper milikmu di kamar ku," Ucap Christian. Queenie pun dengan segera melangkah melewati Christian untuk membersihkan dirinya. Dia perlu mencuci muka dan memakai krim malam. Christian menatap ke arah pintu kamar yang tertutup. Sialan sekali, bahkan harum tubuh Queenie masih tercium meski dia telah berada di ruangan yang berbeda. Sedari tadi selangkangannya terasa sakit hanya menghirup aroma tubuh Queenie yang begitu menggoda. Christian melangkah ke kamarnya sendiri tanpa membuat suara. Dia menutup pintu kamar lalu di sana dia mendengar suara Queenie dari balik pintu kamar mandi. Gadis itu tampak sedang bersenandung kecil di dalam sana. Suara Queenie membuat pusat tubuhnya semakin terasa sakit. Dia membutuhkan pelepasan hanya karena suara gadis itu. "Sialan!" Umpatnya kecil. Christian mengusap wajahnya kasar lalu dia pun memilih untuk keluar kamar. Pria itu masuk ke kamar Crystal dan melihat putrinya tengah menyiapkan ranjang. Sepertinya gadis kecil itu telah siap untuk tidur bersama Queenie. "Mau Daddy bantu, sayang?" Crystal berbalik menatapnya dan menggeleng,"Daddy! Ayo tidur di sini juga. Kita tidur bertiga, ya?" Pintanya. Ia menggenggam telunjuk Christian seraya memohon padanya. Tentu saja tidak ada penolakan, Christian akan dengan senang hati tidur bersama Crystal dan Queenie. Pria itu menggendong Crystal lalu meletakkan tubuh putrinya ke tengah ranjang. Dia mengambil posisi di sebelah kanan dan nanti Queenie akan berada di sebelah kiri Crystal. "Kau senang, nak?" "Iya, Daddy! Terima kasih karena telah membawa Mommy pulang!" Crystal memeluk leher ayahnya untuk berterima kasih. Beberapa saat kemudian, Queenie pun masuk ke dalam kamar. Gadis itu sangat amat terkejut saat dia melihat Christian juga sudah berada di sana. Jantungnya kembali berdetak kencang karena hal tidak terduga ini. "Mommy? Ayo ke sini. Kita tidur bertiga. Mommy tidak usah baca cerita dongeng, tidur saja sama Crissy dan Daddy," Suara Crystal membuat ia menatap gadis kecil itu. Dia pun mengangguk lalu perlahan mendekati ranjang di mana Christian dan Crystal berada. "Tidak apa-apa, Nona Anderson. Aku tidak akan macam-macam," Ucapnya demi membuat Queenie tidak tegang. Gadis itu mengangguk kaku lalu dia pun mulai berbaring di samping Crystal meski hatinya tidak bisa menjadi tenang. Untungnya ranjang ini memang besar, jadi mereka bertiga bisa muat di satu tempat. Jika Crystal tidur sendirian, sudah bisa dipastikan kalau ranjang ini terlalu besar untuk ukuran gadis kecil sepertinya. Lampu telah dimatikan. Meski malu dan gugup, Queenie tetap berusaha bersikap tenang. Dia tidur menyamping ke kanan— menghadap Crystal yang berada di antara dia dan Christian. Crystal memejamkan matanya sembari menikmati tidur di antara Mommy dan Daddy nya itu. Malam ini dia bisa bermimpi indah karena tidur di antara kedua orangtuanya. Queenie pun mulai merasa mengantuk. Dia akhirnya memejamkan matanya dan ikut bergabung bersama Crystal dalam meraih mimpi indahnya. Sedangkan Christian, pria itu kembali membuka mata birunya. Pria itu belum sepenuhnya tertidur dan sedari tadi dia menunggu kesempatan ini untuk dirinya sendiri. Setelah dirasa lama, Christian perlahan bangkit. Dia berjalan sangat pelan ke sisi Queenie lalu berbaring di samping kiri gadis itu. Queenie mengenakan baju kebesaran dengan celana sebatas paha saja. Itulah kenapa sedari tadi Christian menjadi tidak fokus dan semakin penasaran. Pria itu mendekatkan hidungnya ke leher Queenie lalu menghirup aroma harum dari tubuh gadis itu. Harum gadis perawan memang sangat berbeda. Christian perlahan menjulurkan lidahnya lalu dia menjilat kulit leher Queenie seperti seorang vampir yang sedang menandai mangsanya. Queenie sedikit menggeliat dalam tidurnya, tapi dia tidak terbangun. Pria itu semakin merapatkan dirinya ke tubuh Queenie sampai dia bisa merasakan b****g seksi Queenie menyentuh kejantanannya yang sudah sangat keras. "Sialan, kau gadis sok polos," Umpatnya. Dia menyelipkan tangannya di balik selimut itu menuju pinggang ramping Queenie. Darahnya semakin panas terasa ketika ia mengusap kulit perut gadis itu. Queenie hanya menggeliat kecil tanpa terbangun. Sepertinya Queenie memang sulit dibangunkan jika sudah terlelap. Tangan Christian semakin berani menuju ke atas dan dia membulatkan matanya saat merasakan kekenyalan daging p******a Queenie yang terasa pas di dalam genggamannya. Satu hal yang membuat ia terkejut, Queenie tidak memakai bra. Gadis itu sangat berani sekali dengan tidak mengenakan benda penting itu saat malam tiba. Ibu jari dan telunjuknya pun menyentuh dan mengusap lembut puncak d**a gadis itu, membuatnya semakin dilanda gairah mematikan. Setelah puas memainkan kedua d**a Queenie, tangan Christian kembali bergerak liar ke bawah. Dia mengusap kewanitaan Queenie dari luar celananya dan ia mendesis senang karena menyadari kalau dia adalah pria pertama yang berhasil bergerak sejauh ini. "Emmmh..." Mata tajamnya melirik wajah Queenie yang seperti merasa tidak nyaman. Tentu saja, dia pasti sedang merasa kegelian. Christian memberanikan dirinya untuk menyentuh bagian terdalam dari Queenie. Tangannya perlahan masuk ke dalam celana Queenie dan dia takjub karena inti tubuh gadis itu sangat mulus tanpa adanya rambut kemaluan yang bisa dia rasakan di telapak tangannya. Tangannya bergerak seperti siput di atas permukaan inti tubuh gadis tersebut. Namun, Christian belum berani bergerak lebih jauh. Dia hanya mengusap-usap bagian luarnya saja tanpa mencoba untuk merasakan kerapatan liang sempit Queenie. Sabar, Chris. Kau punya satu Minggu berharga untuk merasakan kerapatannya. Pria itu mengeluarkan tangannya dari dalam celana dalam Queenie. Christian menghirup aroma yang menempel di telapak tangannya dan seketika dia membutuhkan sesuatu untuk menghilangkan rasa sialan ini. Christian merapatkan b****g Queenie ke arah kejantanannya yang masih tertutupi celana panjang. Ia membuat posisi seperti sedang menyetubuhi gadis itu dari belakang lalu digerakkannya perlahan pinggulnya. Sialan, bahkan Christian sudah mampu membayangkan betapa sempitnya lubang kemaluan gadis penggoda ini. "Oh Tuhan, Queenie... Kau sangat seksi. Jalang kecil ku!" Dia mendesis senang karena bisa mendapatkan Queenie semudah ini. Christian menghentikan aksinya, dia beranjak keluar kamar karena benar-benar membutuhkan sebuah pelepasan. Malam-malam berikutnya nanti, dia tidak akan bermain sendirian. Queenie akan membantunya memuaskan diri dan yang paling terpenting, fantasi liarnya akan segera terlaksana dengan baik. Christian akan dengan senang hati mengajarkan Queenie cara untuk memuaskan pria. Entah dengan inti tubuh gadis itu ataupun dengan mulut seksinya. TBC
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN