CHAPTER 13

1180 Kata
Queenie pulang ke rumah dengan keadaan yang tidak baik-baik saja. Dia menggenggam sebuah surat yang diberikan oleh Christian padanya. Kata Profesor itu, Queenie mesti menyerahkan suratnya kepada Papa agar pria itu tidak khawatir jika ia tidak pulang. Ketika ia telah sampai di ruang tamu, Queenie tidak melihat siapa pun. "Mama? Papa?" Panggilnya. Gadis itu mengendikkan bahunya lalu dia pun mengistirahatkan tubuhnya di atas sofa. Queenie melirik sekali lagi surat di dalam genggamannya sebelum helaan napas lelah terdengar dari hidung. "Bagus sekali, Queen. Kau sangat beruntung sekaligus sial," Gumamnya pada diri sendiri. Queenie tidak tahu apa yang akan terjadi jika ia menginap di tempat orang asing hanya untuk melakukan sesuatu yang di luar akal sehatnya. Jika keluarganya tahu kalau dia menginap di apartemen seorang pria dewasa, sudah habis hidupnya nanti. Papanya akan memborgol kaki dan tangannya di ranjang lalu tidak akan pernah membiarkan ia keluar kamar sedetik saja. Ia baru saja hendak memejamkan matanya ketika ia mendengar suara asing dari lantai atas. Suara-suara itu begitu aneh seperti desahan? Atau ini hanya pengaruh rasa lelahnya saja sehingga membuat telinganya mendengar hal-hal aneh yang seharusnya tidak dia dengar? Entahlah, sepertinya dirinya hanya butuh istirahat. Setelah mencoba tidur beberapa menit, akhirnya Queenie pun mampu mengistirahatkan tubuhnya. Ia tidur nyenyak di atas sofa ruang tamu sampai matahari mulai tenggelam. "Queen? Queen?" Samar-samar ia mendengar sebuah suara yang menginterupsi telinganya. Gadis itu terbangun lalu mendapati Eleanor yang telah duduk di pinggir sofa sambil menepuk pelan pipinya. "Elea?" Panggilnya dengan suara parau. Eleanor tersenyum kecil, sepertinya Queenie sedang kelelahan sampai tidak menyadari kalau dirinya terlelap di atas sofa. "Jam berapa ini?" Tanyanya. "Hampir jam makan malam. Kau tidak mandi? Aku sudah menyiapkan makan malam untuk kita," Jawab Elea. "Mama dan Papa di mana?" "Aunty Alaina baru saja mengabari Kak Maxie kalau mereka tidak akan pulang malam ini. Katanya Kak Ethan masuk rumah sakit karena kecelakaan." "Apa?! Kakak ku kecelakaan?!" Tanyanya histeris. Ethan selalu saja terkena masalah yang sama. Kenapa kakak tertuanya itu tidak pernah belajar dari pengalaman sih?! "Iya, tapi bukan kecelakaan berat. Tenang saja," Balasnya. Queenie memijat kepalanya yang terasa berdenyut-denyut. Dia ingin menemui kakaknya, tapi kenapa tiba-tiba wajah Crystal melintas di kepalanya? Dia tidak tega membuat gadis kecil itu menunggui dirinya. "Aku mau mandi dulu, Elea. Kau bisa tunggu aku di meja makan. Kak Maxie ada di rumah?" Tanyanya dan Elea mengangguk kecil. "Elea, apa kau suka dengan kakak ku?" Wajah Eleanor tiba-tiba memucat begitu Queenie bertanya seperti itu padanya. "A-Apa maksudmu, Queen?" "Entah. Mana tahu kau suka pada salah satu kakak ku, kan? Tapi kalau memang iya, aku sarankan sebaiknya kau menyukai Kak Ethan saja. Karena Kak Ethan itu orang yang baik. Kalau Kak Elliot, uhm... Dia pendiam sih. Tidak cocok denganmu." "Lalu bagaimana denganku?" Queenie dengan segera menoleh ke ke arah Maxime yang ternyata telah berada dekat dengan mereka. Eleanor tampak terkejut, gadis itu dengan cepat menggeser tubuhnya lebih jauh karena ketakutan. "Kalau Kak Maxie itu cerewet dan menyebalkan. Kalau aku jadi Elea, sudah aku pukul-pukul kepala mu itu. Lagipula— ADUH!" Queenie tersentak saat lagi-lagi Maxime menyentil dahinya cukup keras sehingga membuat dahinya sedikit memerah. "Ihh! Sakit, dasar bodoh!" Teriaknya tidak suka. "Sudah sana mandi! Gadis jorok!" Balasnya. Queenie mencebik kesal lalu ia melangkah cepat ke lantai atas tentu saja dengan celotehan yang sengaja ia pendam. "Kau tidak mesti begitu padanya, Kak Maxie. Jahat sekali," Gumam Eleanor sembari menyusun bantal sofa yang berantakan. "Kau juga mau ku sentil? Atau mau sesuatu yang nikmat?" Balasnya. Eleanor menatapnya kesal sebelum ia meninggalkan Maxime yang tersenyum m***m di tempatnya. "Jangan berjalan seperti itu, Eleanor. b****g mu mengundang untuk dipukul," Godanya. Eleanor berhenti di tempatnya lalu ia menoleh ke arah Maxime. Pria itu selalu jahil seperti biasanya, tapi entah kenapa Eleanor tidak memiliki niatan untuk meninggalkan Maxime. Meski mereka berada di situasi di mana Maxime hanya menjadikannya pemuas, Elea tetap tidak bisa pergi. Dia hanya terlalu mencintai pria yang selalu mematahkan kepercayaannya. ... Queenie menyiapkan koper miliknya karena dia akan menginap di apartemen Christian selama satu Minggu ke depan. Astaga, apakah ada hal lebih gila daripada ini? Dia akan pergi menginap di apartemen pria asing dan berpura-pura menjadi istrinya?! Well, sebenarnya hanya menjadi ibu palsu bagi gadis kecil yang merupakan putri dari Christian. Namun, itu sama saja kan? Dia tetap akan tinggal di sana selama satu minggu dan tidak akan ada satu orang pun yang tahu. "Oke, aku rasa aku sudah siap." Queenie meraih ponselnya lalu ia memesan sebuah taksi yang akan membawanya ke apartemen si Profesor tampan itu. Tinggal ia menyusun rencana agar Maxime tidak curiga padanya saja. Gadis itu membawa kopernya keluar dari kamar. Karena rumahnya sedang kosong, ia tidak perlu mengkhawatirkan soal pertanyaan yang akan keluar dari bibir kedua orangtuanya. Ketika ia di lantai bawah, dilihatnya Elea sedang duduk sambil tertawa kecil dan Kakak ketiganya yang berbaring di atas paha gadis itu sambil tertawa juga. Apa? Berbaring? "Kak Maxie?" Panggilnya curiga. Maxime yang tengah asyik berbaring lantas dengan cepat berdiri. Dia menatap adiknya yang tengah terkejut. "Kalian sedang apa?" Tanya Queenie dengan suara pelan. Astaga, apa dia baru memergoki kakaknya yang sedang merayu? "Queen! Kau salah paham! A-Aku tadi sedang uhm... Itu, aku tadi memijat kepala Kak Maxie saja. Dia mengeluh sakit kepala, jadi... Jadi aku beri pijatan sedikit," Ucap Eleanor dengan wajah tegang. Queenie mengerutkan dahinya, tapi sepertinya memang keduanya tidak terlibat apapun. Tidak mungkin kan kalau mereka berdua pacaran? "Tapi kalian tertawa?" Tanyanya lagi untuk memastikan. Eleanor menggigit pelan bibirnya dan ia menatap Maxime untuk membantunya membela diri. "Kau salah paham, Queen. Apa salahnya jika sepasang sahabat tertawa bersama?" Kata Maxime. Entah kenapa Elea merasa sedikit kecewa dengan jawaban itu, tapi dia tidak menyanggahnya. "Tidak ada yang salah sih... Ah, aku hanya berlebihan," Ucap Queenie kemudian. Dia berjalan mendekati kakaknya lalu menyerahkan surat yang tadi siang dia bawa pulang. "Malam ini aku akan pergi bersama teman-teman kampus karena ada tugas kuliah di luar lokasi gedung kampus. Aku pergi seminggu, tolong sampaikan kepada Mama dan Papa ya?" "Tugas kuliah? Maksudnya apa?" Tanya Maxime. Ia hendak menahan adiknya yang hendak pergi, tapi Queenie hanya menatapnya dengan tatapan memelas. "Kakak, aku mohon jadilah orang baik kali ini. Ini penting sekali dan ku mohon berikan surat itu kepada Papa jika dia sudah pulang. Aku akan baik-baik saja," Pintanya. Maxime menatapnya curiga, tapi dirinya tidak bisa mengurung Queenie begitu saja. Lihat wajah adiknya yang sudah memelas seperti gadis kecil cengeng. Menyebalkan sekali. "Oke, kau boleh pergi. Tapi ingat, jaga dirimu baik-baik. Nanti akan aku sampaikan ke Papa," Ucapnya kemudian. Queenie dengan cepat memeluk tubuh kakaknya dan berterima kasih. "Kalau begitu aku pergi dulu, ya? Dah, Elea!" Queenie menarik kopernya keluar rumah dengan perasaan senang. Kebetulan sekali taksinya datang menjemput ketika ia telah keluar rumah. Queenie memasukkan kopernya ke bagasi taksi lalu dia duduk di kursi belakang. Gadis itu menyebutkan sebuah alamat apartemen di mana Christian tinggal dan dirinya semakin tidak sabar untuk berada di sana bersama pria yang dia cintai. Pikiran polos Queenie menyangka kalau ini merupakan pertanda baik baginya, padahal sebenarnya tidak begitu. Jika dia bisa berpikir normal, pastilah ada sesuatu yang salah apabila seorang pria dewasa dan asing tiba-tiba mengajaknya untuk tinggal bersama dengan alasan yang tidak bisa diterima dengan baik. Namun, Queenie masih terlalu lugu untuk mengartikan ajakan Christian. Dia memang seorang gadis baik-baik yang sebentar lagi akan belajar menjadi seorang wanita dewasa. TBC A/N : Halo Kita berjumpa lagi :)
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN