Pukul 21.20
Abiyaksa baru saja selesai praktek. Karena ada pasien yang harus dioperasi hari ini juga. Ia baru selesai mengganti pakaiannya kembali, dengan kemeja yang ia gunakan, sebelum berangkat ke rumah sakit siang tadi. Pakaian khusus operasinya sudah ia tanggalkan dan juga tinggalkan. Sekarang, hanya tinggal beristirahat sebentar, sebelum pulang ke rumahnya nanti.
Masih lelah sekali. Apa lagi, ia sudah berangkat dari pagi. Pergi ke rumah Nayanika dulu dan baru dilanjutkan dengan pergi ke rumah sakit, untuk menangani pasiennya.
Awal-awalnya, ia tengah memikirkan cara agar ibu dari sahabat istrinya itu bisa sembuh dengan cepat. Tapi, ia malah terpikirkan lagi, dengan kehidupan dari wanita itu sendiri, yang kalau dipikir-pikir sangatlah berat.
Kenapa lebih memilih untuk berdiri di kakinya sendiri?? Kenapa tidak mengandalkan laki-laki, yang memang harusnya bertanggung jawab atas diri wanita itu juga sebenarnya??
Hahh... Kenapa ia jadi seperti orang yang tidak ada pekerjaan? Memikirkan nasib wanita lain, yang kerabat pun bukan. Kenapa tidak memikirkan istrinya sendiri saja iya kan??
Tapi, apa yang terjadi pada wanita itu, memang sungguh sangat menggelitik pikirannya ini. Padahal, ia bukanlah tipe orang yang selalu ingin tahu urusan orang lain. Masalah pekerjaan istrinya sendiri saja, ia hanya cukup tahu. Tidak sampai mengorek sampai ke dalam-dalamnya. Hanya saja, dengan Nayanika berbeda. Seperti ada daya tarik tersendiri. Ada hal yang membuatnya, serasa ingin tahu lebih jauh lagi dan lagi, mengenai wanita itu.
Kini, Abiyaksa pun bangun dari kursi yang sempat ia pakai untuk melepas penat dan juga lelah, biarpun hanya sebentar saja. Dia, berjalan keluar dari dalam ruangannya dan datang ke mobilnya yang ada di parkiran, kemudian melaju pergi dengan mobilnya itu.
Sementara itu di dalam salah satu hotel. Wanita yang seharusnya berada di rumah dan menunggu suaminya pulang itupun, malah berada di sini. Di tempat yang sebenarnya wajar-wajar saja, bila disinggahi seorang diri.
Tetapi, justru jadi tidak wajar, bila tempat itu dijadikan tempat pertemuan yang cukup intim, bersama dengan seseorang yang ada di masa lalunya.
"Apa suamimu itu, sama sekali nggak memuaskan??" tanya laki-laki, yang sedang meniupkan asap rokok dari mulutnya sendiri.
"Nggak juga," jawab wanita, yang sedang merapikan pakaiannya lagi, yang sempat dilucuti tanpa sisa.
"Masa?? Terus, kenapa kamu malah menghubungiku lagi??" tanya laki-laki, yang bernama Kevin ini.
"Ck! Aku cuma bosen di rumah! Ya udah. Aku ajak kamu ketemuan."
"Ya terus, kenapa harus sambil cek in??" tanya Kevin dan lirik tajam serta sinis pun malah ia dapatkan, dari wanita yang adalah mantan kekasihnya dulu. Wanita yang sudah berhasil ia bodohi sedikit dan langsung memberikan mahkotanya begitu saja.
"Ya kamu pikir aja sendiri. Masa kita ketemuan di restoran atau cafe?? Terus nanti, gimana kalau sampai ada yang lihat kita?? Aku lah yang kena getahnya! Kamu sih nggak, soalnya masih single!"
"Aku punya pacar by the way," ucap Kevin.
"Serius punya?? Emangnya, ada yang mau sama cowok kayak kamu?? Pasti juga anak-anak labil, yang mau sama kamu!" cetus Meisya sembari menyisir rambutnya.
"Ya dia emang masih sekolah sih. Masih kelas tiga SMA."
"Hahh tuh kan. Aku bilang juga apa!" cetus Meisya.
"Ya tapi, bukannya umur-umur segitu, emang lagi ranum-ranumnya ya??" ucap Kevin.
"Ya karena mereka masih gampang dibegoin! Masa cukup cuma makan cinta doang! Padahal, apa-apa itu butuh uang!" cetus Meisya lagi.
"Termasuk kamu juga ya?? Kita kan, mulai pacaran dari SMA. Waktu itu, pas pulang sekolah di rumahku dan di kamarku juga. Kamu inget nggak??" tanya Kevin, yang malah mengingatkannya lagi, akan kebodohannya di masa lalu, yang membuat ia terpaksa menjadikan sahabatnya sendiri, wanita yang menggantikannya ketika malam pertama dengan suaminya itu setelah pernikahan mereka berlangsung.
"Pengalaman pertama kan?? Kamu sampai nangis-nangis waktu itu. Tapi habis yang kedua kalinya, kamu malah yang sering minta duluan. Iya kan?"
"Ck!" Meisya melemparkan lipstiknya kepada Kevin, agar laki-laki itu berhenti mengoceh.
Tapi laki-laki itu malah terlihat sedang tertawa puas.
"Bisa diem nggak!??" hardik Meisya, yang kini merapikan alat makeup-nya lagi ke dalam tasnya dan termasuk dengan memakai sandalnya lagi.
"Udah ah. Aku mau pulang. Nanti suamiku keburu pulang lagi!"
"Ini, lipstik kamu. Apa nggak kamu bawa lagi??" tanya Kevin sembari menunjukkan benda, yang tadi Meisya lemparkan kepadanya.
"Ambil aja! Aku bisa beli puluhan yang kayak gitu! Kamu kasih aja, ke pacar baru kamu itu," ucap Meisya seraya pergi keluar dari dalam kamar hotel tersebut.
Sementara itu. Abiyaksa yang sedang mengemudi dengan perlahan, malah melihat yang seperti sebuah mobil, yang agaknya ia kenali dan baru saja keluar dari salah satu hotel.
Abiyaksa kelihatan bingung dan mencoba untuk melaju dengan lebih cepat lagi dan ketika sudah hampir dekat, malah ada mobil lain yang keluar dari sisi kirinya, hingga ia terpaksa berhenti dulu sampai mobil-mobil itu habis tanpa ada lagi sisa.
Sudah tidak ada lagi mobil yang menghalangi, Abiyaksa pun melaju lagi saja, hingga akhirnya tiba juga di kediamannya.
Abiyaksa bergerak cepat dan masuk ke dalam rumahnya lagi. Ia naik ke lantai atas dengan terburu-buru, saat tidak menemukan sang istri dibawah sana.
Pintu kamar ia buka secara mendadak dan wanita yang baru selesai berganti pakaian itupun menoleh juga kepadanya.
"Eh sayang," ucap Meisya yang langsung mendekat dan mengalungkan kedua angannya di leher Abiyaksa. "Kamu baru pulang ya? Pasti capek kan?" imbuhnya lagi.
"Kamu habis darimana??" tanya Abiyaksa, tanpa menjawab ucapan istrinya terlebih dahulu.
"Em, biasa. Urus kerjaan aku. Kamu tahu sendiri kan, bisnis aku tuh lagi naik-naiknya. Ya aku pasti pantau mereka terus"
"Apa harus di hotel?" ucap Abiyaksa yang sontak membuat Meisya menurunkan kedua tangannya
"Kamu kata siapa??" tanya Meisya yang mencoba untuk tidak terlihat gugup.
"Bukan kata siapa-siapa. Aku lihat sendiri tadi. Mobil Chery Metallic punya kamu, yang keluar dari hotel," ucap Abiyaksa.
Meisya pun tertawa sambil geleng-geleng kepala. Ia coba membuat lelucon lainnya saja, untuk mengalihkan.
"Oh itu. Kalau itu, aku abis ketemuan sama customer, yang aku mau promosiin produk aku ke dia dan kita akhirnya ketemuan di sana, karena kebetulan, orang itu lagi menginap juga di sana. Karena tinggal di luar kota. Jadi ya sekalian, aku datengin aja dia langsung dan ternyata, dia suka banget sama produk aku itu," ucap Meisya yang masih tersenyum tetapi tidak dengan Abiyaksa, yang raut wajahnya nampak dingin ini.
Meisya membasahi bibirnya sendiri dan mulai bicara dengan suara yang terdengar lebih tinggi. "Kenapa diem, Mas?? Mas nggak percaya aku??? Mas ini, nggak percaya sama istri sendiri??" cecar Meisya.