*Author Pov*
Esok harinya sesampainya Riri di sekolah, ia berjalan cepat ke kelasnya. Sebelum Riri berangkat, dari rumah Rio sudah mengatakan untuk jangan ribut dengan temannya itu. mereka cukup mengobrol baik-baik tentang kesalahpahaman itu.
Sebisa mungkin Riri pun menahan rasa jengkelnya, ia juga tidak berniat untuk mencari gara-gara. Begitu sampai di kelas yang sudah cukup ramai karena bel jam pelajaran pertama akan segera berbunyi, Riri menghampiri Sania yang sudah datang dan sedang mengebor bersama Febi.
Alih-alih menanyakan dengan sopan, reflek Riri menggebrak meja mereka cukup keras hingga teman-teman sekelasnya melihat ke arah mereka dengan kaget.
"kenapa lo pagi-pagi udah gebrak meja aja?" tanya Febi sembari mengerutkan keningnya melihat tingkah aneh temannya itu.
"Maksud lo apa sih, San?" tanya Riri tanpa memperdulikan pertanyaan Febi.
"Hah? maksud lo apaan? lo salah minum obat apa gimana?"
"udah deh gw cuma mau lo jawab dengan cepat dan jujur. Maksud lo apaan gak ngasih pesan yang di kasih Juna ke lo buat gw?" tanya Riri to the point.
Sania terdiam beberapa detik begitu pertayaan itu keluar dari mulut Riri.
"Apa maksud lo? pesan apaan?" kilah Sania yang berpura-pura tidak mengetahui apa yang di tanyakan Riri.
"Gak usah pura-pura gak tahu deh. Gw tahu lo naksir Juna, tapi bukan gini juga dong caranya. Kalau itu pesan penting gimana? hah?"
"Apaan sih. Bukannya itu salah lo sendiri ya karena gak lihat chat di grup? terus lo nyalahin gw karena kesalahan lo sendiri itu? apa lo nggak mikir kalau hal itu nyusahin gw?"
Riri terdiam mendengar perkataan menusuk dari Sania, ia pun mendengus. "Oke, gw salah karena gw gak cek HP gw, tapi kan bukan berarti lo bisa cuek untuk ngasih tahu ke gw kan? gw tanya deh, apa gw pernah pura-pura lupa kalau ada temen lo yang nitip pesan ke lo waktu lo gak bisa di hubungin? terus sekarang lo begini ke gw? sumpah gw gak nyangka."
Febi yang sedari tadi hanya menyaksikan pertengkaran kedua temannya pun berdiri dan menengahi mereka berdua sebelum semakin lebar permasalahan nya.
"Jadi sebenarnya ini ada apa? kenapa kalian berdua berantem gini?" tanya Febi.
"Ini Sania, kemarin pas jam istirahat Juna titip pesan ke dia buat gw kalau tempat latihan bukan di sekolah. Tapi dia gak sampein itu ke gw. Gw tahu gw juga salah karena gak ngecek chat yang di kirim di grup tapi bukan nya keterlaluan kalau dia gak nyampein pesan itu ke gw?" jawabnya dengan kesal yang berapi-api.
"Apa bener gitu, San?" kali ini febi bertanya pada Sania untuk memastikan dan Sania pun mengangguk mengakui.
"Waktu itu gw lupa kalau Juna titip pesan ke gw."
"Lupa? sori San, Juna sendiri yang kasih tau ke gw kalau dia sampai dua kali memastikan pesan itu ke lo untuk di sampaikan ke gw."
"Cuma gara-gara gitu aja kok lo sewot banget sih?" tanya Sania yang mulai marah.
"Cuma? kalau bukan Genta yang kasih tahu kalau tempat latihan ganti pasti gw telat banget untuk sampai di tempat latihan itu!"
"Latihan? hah! klub baru kebentuk aja songong banget lo, sok-sok'an latihan lagi. Kayak yakin bakal menang aja. klub sampah."
Riri semakin syok mendengar pernyataan yang di berikan Sania. Ia benar-benar tidak menyangka jika Sania, teman baiknya selama ini mengatai klub nya sebagai klub sampah.
Sebelum Riri bertambah murka, Febi langsung menghentikan mereka berdua.
"Oke cukup. Sania, perkataan lo udah keterlaluan. Sebaiknya lo minta maaf sekarang juga sama Riri, dan Riri, gw mohon lo jangan kepancing dulu."
"Minta maaf? jangan harap." tukas Sania, ia lalu pergi meninggalkan kelas dengan membawa tasnya.
*