Empat Puluh Empat

227 Kata
*Author Pov* Selama latihan hari itu, Riri sama sekali tidak bisa meredakan rasa marahnya pada Sania. Ia merasa jika Sania sudah keterlaluan, Riri tahu mungkin saja Sania merasa cemburu atau apapun itu tetapi sampai tidak memberikan pesan yang di titipkan, bukankah itu sudah di luar batas? bagaimana jika pesan itu pesan penting? Riri juga tahu kalau dirinya juga salah karena tidak mengecek ponselnya, tetapi tetap saja hal ini membuat Riri marah pada Sania. "Ngapa lo masih cemberut aja sih?" tanya Genta saat mereka sedang beristirahat setelah berlatih antar tim seperti biasanya. "Lo masih kesel sama si Sania?" tanya nya lagi. "Gimana gak kesel coba? menurut gw dia itu keterlaluan. Oke gw juga salah di sini karena gak ngecek ponsel jadi gak baca chat di grup ataupun chat dari Juna, tapi kan bukan berarti dia bisa bersikap kaya gitu." sungut nya. "Ya mungkin dia lupa." "Gak tau deh. Pokoknya gw harus nanya secepatnya kenapa dia begitu sama gw. Kalau alesannya karena dia cemburu sama gw, bulshit banget deh." "Cemburu sama lo?" tanya Genta sambil mengerutkan keningnya. "Sania naksir Juna, dan dia ngira gw juga naksir Juna. Padahal gw deket sama Juna juga kaya gw deket sama lo. Kita deket karena satu klub." jelas Riri. "Heee. Sania naksir Juna toh." "Kenapa? lo juga naksir Juna?" "Heh, sembarangan! gw masih doyan cewek ya." jawabnya sambil mengacak-acak rambut Riri gemas. *
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN