Tujuh Belas

1256 Kata
"Assalamu'alaikum. Juna pulaang." teriak ku sambil membuka pintu rumah. "Waalaikumsalam. Tumben gak nongkrong sampe malem?" tanya Mamah. Aku mencium tangan Mamah sebelum menjawab pertanyaannya. "Besok kan senin. Jadi begitu selesai cari sepatu, makan siang terus pulang." "Ya udah sana ganti baju." Aku mengangguk dan melesat ke kamar ku untuk mandi dan berganti baju. Selesai mengeringkan rambut ku dengan handuk, aku membuka kotak sepatu yang baru saja ku beli siang tadi. "Bagus juga." ucap ku sambil melihat pantulan di cermin. Saat akan memasukan kembali sepatu ke kotaknya, sebuah pesan w******p masuk ke ponselku. Sebuah pesan di kirim oleh Rio di grup klub kami. Aku pun segera membuka pesan tersebut. Rio : Besok kita latihan sebentar sekalian ada yang ingin gue kasih tahu ke kalian. Radiii_boi : Kasih tahu apaan? Rio : Ada lah, besok jangan sampai kalian gak dateng ke ruang klub. Radiii_boi : Kasih tahu di sini aja elah. Junaaaa_: Ada apaan nih? Rio : Pokoknya besok selesai pelajaran terakhir kita kumpul di ruang klub. Setelah mengirim pesan tersebut si Rio tidak lagi membalas pesan yang di kirim Radi. Aku hanya mengangkat kedua bahu ku tidak terlalu memikirkan nya. * Keesokan harinya di tengah pelajaran terakhir, Rio kembali mengingatkan kami untuk datang ke ruang klub. Aku dan Radi pun hanya membalas sekedarnya. Bell pelajaran terakhir pun terdengar, aku segera membereskan buku-buku ku dan memasukannya ke dalam tas. "Buru-buru amat lo. Mau kemana?" tanya Haikal. "Rio minta gue sama Radi untuk ke klub sekarang. Dari tadi ribut mulu di grup, kayaknya bakal ngasih tahu sesuatu yang penting deh. Lo juga ada latihan klub basket kan?" "Yoi, karena sebentar lagi pertandingan basket antar sekolah di adakan, jadi ketua juga nyuruh anak-anak untuk latihan lebih keras." jawab Haikal semangat. Aku, Radi dan Haikal pun jalan bersama dan kami berpisah di persimpangan lorong, aku dan Radi ke arah ruang klub edangkan Haikal ke lapangan outdoor. Saat aku dan Radi sampai di depan ruang klub kami melihat Riri yang sedang membuka pintu ruang klub dengan kunci cadangan. "Loh, masih di kunci, Ri?" tanya ku saat kami mendekati gadis itu. Riri menengok ke arah kami berdua lalu mengangguk. "Gimana sih, tuh anak yang spam chat untuk dateng setelah pelajaran terakhir ehh malah dia nya sendiri yang telat." gerutu Radi sambil menyenderkan badannya di tembok samping pintu. "Kayaknya jam terakhir mereka molor." jawab Riri. Kami bertiga pun segera masuk ke dalam ruang klub begitu Riri membukanya. Aku duduk di salah satu bangku sebelah kanan sedangkan Radi duduk di samping ku. Riri sendiri memilih duduk di depan kami. "Kira-kira apa yang mau di sampaikan Rio ke kita ya?" tanya Riri sambil memeriksa ponselnya. "Entah. Karena Rio ingin banget kita ikut pertandingan antar sekolah itu kayaknya berhubungan dengan latihan intens, terutama untuk gue." "Btw, apa kita bakal dapet pelatih?" kali ini Radi yang bertanya. "Gue denger-denger bukannya gak ada yang mau jadi pelatih di klub kita tapi Rio memiliki kualifikasi khusus untuk pelatih. Apalagi sepertinya Rio punya seseorang yang mau banget dia tarik jadi pelatih." jawab Riri. Gadis itu meletakan ponselnya di samping, lalu ia menopang kan dagunya dengan tangan sebelah kiri nya. "Kira-kira siapa ya yang bisa ngelatih kita?" "Gue gak terlalu tahu tentang dunia sepak takraw. Jadi gue gak punya bayangan apa-apa." jawab ku dengan mata yang masih fokus pada permainan di ponselku. "Karena kita cuma klub sekolahan, gue rasa gak mungkin dari pemain pro." ucap Radi. Riri mengangguk. "Gue setuju. Tapi gue berharap seenggaknya calon pelatih kita atlit pemain juga yah walaupun mungkin hanya pemain antar kota." "Syukur kalau atlit pemain antar kota. Pemain antar RT aja kayaknya kita udah harus bersyukur." jawab Radi yang membuat kami tertawa dan mengangguk setuju. "Waahh! lagi ngobrol seru ya? sampe ketawa-ketawa gitu." kata Rio yang masuk dengan cara membuka pintu tiba-tiba. "Astaga!! lo mau bikin kita jantungan? kalau mau masuk ruangan itu ketuk pintu dulu!" sewot Radi sambil memegang dadanya karena masih kaget. "Hehehe. Sori sori." Rio dan Haqi yang baru saja datang langsung berdiri di depan meja. "Lagian kalian datangnya kurang telat. Padahal kalian sendiri yang suruh kita untuk cepat-cepat datang ke sini." dumel Radi. "Kita minta maaf, lebih tepatnya gue sih yang minta maaf. Tadi kita ada ulangan mendadak dan ada ceramah dadakan dari wali kelas jadi molor." jawab Rio menjelaskan. "Jadi? ada apa lo nyuruh kita kumpul sebelum latihan?" Rio tersenyum lebar sambil menggebrak meja yang berada di depannya. "Akhirnya kita bakal punya pelatih!" serunya sambil nyengir lebar. Aku, Radi dan Riri langsung terbelalak tidak percaya. Baru saja mereka membicarakan tentang bagaimana jika akhirnya mereka memiliki pelatih, dan sekarang Rio memberitahu kami jika kami akan memiliki pelatih. "Serius? siapa?" Rio kali mengangkat tangannya dari meja dan bersedekap." "Orang yang selama ini gue hormati." jawabnya. "Terus? kapan pelatih itu bakal dateng?" Rio terlihat menoleh ke arah Haqi dan sahabatnya itu hanya mengangguk. "Itu hal yang mau gue bahas sama kalian." Aku mengerutkan kening tidak mengerti, aku menoleh pada Radi dan Riri bergantian tetapi sama sepertinya wajah mereka terlihat bingung. "Maksudnya?" tanya ku. "Orang ini, orang yang bakal jadi pelatih kita memberikan syarat. Sebelum dia menyetujui untuk bergabung, dia mau melihat latihan kita lebih dahulu. Dia ingin memastikan kalau kalian layak atau tidak." "Haaah? memangnya dia siapa sampai memberikan syarat seperti itu?!" tanya Radi terlihat kesal. "Buat orang-orang yang sudah menyukai sepak takraw seperti lo dan gue, lo pasti gak bakal asing sama calon pelatih kita." jawab Rio santai, aku salut ia tidak tersulut rasa kesal Radi. "Dulu dia juga menjadi asisten pelatih untuk klub kita bersama pelatih terdahulu, tetapi setelah pelatih yang dulu meninggal, dia pun berhenti melatih klub kita yang dulu dan berhenti bermain sepak takraw juga." "Jadi lo kita gimana?" tanya ku lagi. "Simpel. Kita buktikan ke dia kalau kita layak untuk di latih olehnya. Gue udah kasih tahu latihan kita selama ini padanya, gue juga bilang ke dia kalau gue mau kita bisa ikut dalam pertandingan antar sekolah nanti." Rio kembali menggebrak meja di depannya dengan semangat. "Dia akan datang beberapa hari lagi untuk melihat latihan kita secara langsung karena itu sampai dia datang, kita akan berlatih lebih keras dari pada biasa nya," Lalu Rio menoleh pada ku sambil tersenyum lebar. "Terutama kau, Jun. Gue mau lo udah bisa menguasai beberapa teknik selain teknik dasar pemain sepak takraw." ucapnya. Rio pun mengedarkan pandangan nya pada kami yang masih duduk di depannya. "Gue percaya kita bisa menarik perhatiannya dan menjadikan orang itu pelatih kita. Selama ini gue udah memohon dengan berbagai cara untuk menariknya kembali sebagai pelatih namun selalu di tolak nya. Bahkan ia menolak mentah-mentah begitu tahu klub sepak takraw hampir bubar. Hingga akhirnya kalian bergabung, juga saat aku melihat potensi pada Juna, gue tau orang itu pasti akan sangat tertarik pada kombinasi kita. Nah karena itu, mulai hari ini kita akan berlatih lebih lama dari pada yang biasanya, kita akan berlatih bukan hanya untuk menarik perhatian calon pelatih kita agar mau kembali melatih klub ini tetapi juga sebagai persiapan untuk mengikuti pertandingan antar sekolah yang akan dilaksanakan sebentar lagi!" ucapnya menggebu-gebu semangat. Yang tentu saja rasa semangat itu menular pada ku, Radi juga Riri. Setelah rapat itu, kami segera menuju lapangan indoor untuk mulai berlatih. Kak Haqi lebih keras melatih ku hari itu. Kakak kelas yang pendiam sepertinya berubah menjadi sosok kakak kelas yang galak dan tegas. Hari itu latihan kami di tutup dengan rasa pegal-pegal di sekujur tubuh. Untung nya saat pulang, aku bertemu Haikal yang juga baru selesai ekskul, dan tanpa malu aku meminta nebeng dan mengantarkan ku ke rumah karena hari itu aku tidak membawa motor kesayangan. Rasanya juga terlalu malas untuk menunggu ojek online. *
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN