Dua Puluh Tiga

1218 Kata
Hari yang sudah kami tunggu pun tiba. Hari dimana akhirnya kami akan berlatih dengan Pak Alvan. Jujur saja, aku sedikit bersemangat sejak semalam. "Hari ini pelatih sepak takraw mulai ngelatih kalian kan ya?" tanya Haikal. "Yoi." "Good luck deh." Seperti biasa setelah jam pelajaran terakhir, aku juga Radi langsung pergi menuju ruang klub, begitu sampai ternyata baru ada Riri yang sedang menyiapkan sport drink untuk kami. "Tumben lo dateng duluan, Ri?" tanya ku sambil meletakkan tas ku ke dalam loker. "Jam pelajaran tadi kosong, jadi keluar lebih cepat. Kalian mau ganti baju kan? kalau gitu gw jemput Pak Alvan dulu di depan." "Loh, udah dateng? gw aja kalau gitu yang samperin." Riri mengibaskan tangannya seraya berjalan menuju pintu ruang klub. "Biar gw aja, kalian nanti langsung ke ruang olahraga aja." ucapnya lalu pergi dari ruangan itu dengan setengah berlari. Seperti yang di minta Riri, aku dan Radi segera mengganti seragam kami dengan pakaian olahraga. Rio bilang dia sudah memberikan proposal untuk membuat baju olahraga dan jersey khusus untuk klub kami. Sambil menunggu yang lain datang, aku melakukan pemanasan ringan. Waktu pertama kali bermain sepak takraw, badan ku benar-benar tidak enak. Saat itu Rio bilang itu hal yang wajar. Akhirnya mereka bertiga pun datang, sama seperti aku dan Radi. Begitu datang, mereka langsung mengganti seragam sekolah dengan baju olahraga. Kami semua pun segera menuju ruangan olahraga, tetapi begitu sesampainya di sana, Riri dan Pak Alvan masih belum datang. Rio pun berinisiatif menghubungi Riri untuk menanyakan keberadaan mereka sekarang. "Dimana?... masih di depan?... ya udah bentar, gw ke sana." Rio pun mematikan kembali ponselnya. "Gw ke depan dulu." ucap Rio lalu ia pun pergi menyusul Riri. "Kak Haqi." panggil ku pada Kakak kelas ku yang datar itu. "Hm?" "Pak Alvan itu gimana? apa beliau galak?" tanya ku lagi. Haqi diam sebentar sebelum menjawab pertanyaan ku. "Galak dan tegas." Aku, Radi juga genta saling pandang dan menelan ludah bersamaan. "Lebih galak dari Kak Haqi?" kali ini Radi yang bertanya. Kak Haqi menatap kami semua lalu tersenyum kecil. Aku ulangi, KAK HAQI TERSENYUM! Oke, aku berlebihan. "Menurut kalian gw galak?" bukannya menjawab, Kak Haqi malah balik bertanya." Lagi kami saling pandang, terutama aku dan Radi. Lalu kami mengangguk kecil. "Kalau menurut kalian gw udah galak, itu belum ada apa-apa nya sama galaknya Alvan." jawabnya yang membuat kami bertiga kembali meneguk ludah. "Kak Haqi udah kenal lama sama Pak Alvan?" "Yah bisa di bilang seperti itu. Nah itu mereka dateng." Kami melihat Rio, Riri dan Pak Alvan datang sambil mengobrol. Sesampainya di dekat kami, Rio menatap kami dengan penuh semangat. "Akhirnya hari yang sudah kita tunggu datang, dimana akhirnya Alvan bersedia untuk menjadi pelatih klub kita!" katanya penuh dengan gairah semangat. Alvan maju satu langkah dan menatap kami satu persatu, ia menaikan alisnya saat melihat Genta. "Kamu baru gabung?" tanya nya pada Genta yang langsung di jawab oleh Genta. "Oke, kalau gitu kita punya lima orang pemain dan satu manajer." Alvan melipat tangannya dan menatap kami semua dengan serius. "Dalam permainan sepak takraw ada dua regu, sama seperti olahraga lainnya. Hanya saja dalam sepak takraw satu regu terdiri dari 3 orang pemain utama dan dua pemain cadangan." lanjut nya menjelaskan. "Dalam sepak takraw kita memiliki masing-masing peran, yang pertama adalah Tekong atau seseorang yang melakukan servis saat permainan di mulai. Yang kedua adalah Killer atau Striker, posisi ini kalian harus bisa memblok bola dari lawan dan terakhir adalah feeder yang bertugas memberikan umpan terbaik agar mudah di terima oleh Killer atau Striker." Alvan menjeda penjelasan, ia menatap kami semua dengan serius. "Saya tidak akan memperpanjang waktu hanya berdasarkan teori. Sebaiknya sekarang aku melihat perkembangan kalian lagi, terutama Genta. Saya ingin melihat kemampuan kamu. Nah, lakukan pemanasan dengan lari lima kali putaran di lapangan. Untuk latihan hari ini kita akan berlatih di lapangan." Tanpa menunggu kami, Pak Alvan berjalan keluar dari ruang olahraga, di ikuti oleh Riri dari belakang. "Yosh! Ayo semuanya semangat!" Teriak Rio memberikan semangat lalu segera mulai berlari, lalu di susul kami semua. Setelah berhasil menyelesaikan putaran ke lima, aku langsung merebahkan diri di atas tanah. Padahal kami belum mulai latihan tetapi rasanya sudah sangat lelah. Riri pun langsung memberikan minuman sport drink dan handuk kecil pada kami sedangkan Pak Alvan hanya berdiri diam sambil memainkan bola sepak takraw kami. "Kemarin, Rio bilang ingin melakukan latihan tanding dengan Nirmala Highschool. Tentu saja saya menyetujui hal itu, dan sekarang saya akan menentukan posisi mana yang akan kalian dapat. Walaupun dalam permainan sepak takraw kalian bisa mengganti posisi kalian selama permainan." ucapnya setelah membiarkan kami istirahat sebentar. "Juna, Radi dan Genta. Kalian coba lakukan servis secara bergantian. Aku ingin lihat siapa yang cocok menjadi Tekong." lanjut nya sambil melemparkan bola itu pada kami. Yang pertama melakukan servis adalah Radi. Radi berdiri di lingkaran yang di buat oleh Pak Alvan, lingkaran kecil untuk menentukan posisi Tekong. Pak Alvan pun mulai melemparkan bola tersebut ke arah Radi yang sudah bersiap melakukan servis. Tak! Pak Alvan bersiul saat melihat pukulan bertenaga tapi terkontrol dari Radi. Ia pun meminta Radi untuk melakukan servis sekali lagi. Selanjutnya setelah Radi, giliran ku yang harus melakukan servis. Aku berdiri di lingkaran, sama seperti yang Radi lakukan. Aku menghembuskan napas ku dalam-dalam lalu bersiap menerima bola dari Pak Alvan. Syuuut! Eh? Wajah ku langsung memerah saat tidak berhasil menerima umpan bola dari Pak Alvan. Dan bagaikan teman laknat, Radi dan Genta tertawa terbahak saat melihat ku menendang udara. "Woi! Gak usah ketawa sampai segitu nya juga kali!" teriak ku. Sumpah rasanya malu banget. Seharusnya ia tidak perlu terlalu bersemangat seperti tadi. "Santai aja, Jun. Dalam servis yang di lakukan Tekong boleh menggunakan bagian kaki dalam atau pun punggung kaki. Senyaman mu aja." kata Pak Alvan yang berusaha menenangkan ku. Aku pun kembali menghirup napas dalam-dalam, berusaha untuk kembali menenangkan diri dan kembali fokus. Pak Alvan pun kembali melemparkan bola itu pada ku, dan kali ini aku berhasil melakukan servis. Walaupun tendangan ku tidak seindah yang Radi lakukan. Setelah dua kali melakukan servis, yang selanjutnya melakukan servis adalah Genta. Aku bisa melihat Genta yang lebih gugup daripada aku, mungkin karena dia belum lama bergabung dan benar-benar awam seperti ku. "Rileks saja. Kalau kau terlalu tegang yang ada kaki mu bisa cidera." ucap Pak Alvan yang di angguki oleh Genta. Memang tidak se-bertenaga Radi namun Genta bisa melakukan servis lebih baik dari ku. Selama satu jam Pak Alvan melatih kami dalam melakukan servis, bukan hanya untuk kami yang pemula tetapi juga Rio dan Haqi. Bahkan untuk kedua kakak kelas ku itu, Pak Alvan meminta mereka berdua untuk memukul bola yang di lempar cukup tinggi. Selesai melakukan latihan servis, kami istirahat sejenak. Aku langsung meneguk sport drink hingga tersisa setengah. Sebelum Pak Alvan datang, kami memang sudah melakukan latihan beberapa minggu, tetapi baru seperti nya kali ini kami benar-benar melakukan latihan. "Oke, setelah melihat kalian tadi, saya sudah memilih siapa yang akan menjadi Tekong. Tadinya posisi itu ingin saya serahkan pada Haqi, tapi karena Haqi minta untuk memberikan nya pada anggota baru, maka Radi yang akan mengisi posisi Tekong." kata Pak Alvan. Aku dan anggota yang lain langsung bertepuk tangan, sedangkan Radi menerima posisi itu dengan bangga. "Untuk posisi Killer dan Feeder, kita akan mencoba bermain satu set. Genta, Rio dan Radi kalian tim A. Haqi, Juna dan saya tim B. Permainan akan menjadi penentu siapa yang akan mengisi posisi Killer dan Feeder." *
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN