Dua Puluh Empat

1219 Kata
Seperti yang di perintahkan Pak Alvan, kami membentuk tim yang sudah di atur oleh Pak Alvan. "Bentar, Van. Emang gak masalah buat mereka latihan tanpa ada net seperti ini? bukannya kita juga harus menunjukkan jika pukulan kita foul." tanya Rio sambil melempa-lemparkan bola di tangannya. "Khusu untuk hari ini saja. Karena tujuan latihan hari ini adalah menetukan siapa yang akan menempati posisi di dalam tim. Kita sudah mendapatkan siapa yang akan menjadi Tekong, tinggal mencari siapa yang akan menempati posisi Killer dan Feeder." jawabnya. Rio pun tidak bertanya kembali. Pak Alvan menatap kami sambil melipat tangannya. "Peraturannya sederhana, tim siapa yang mendapatkan 15 point lebih dulu maka tim tersebut menang. Tim yang kalah akan menuruti tim yang menang selama dua hari." Aku terkejut dengan perkataannya namun juga memberikan semangat untuk menang, dan yang merasakan hal itu bukan hanya aku tetapi kami semua. Bahkan Rio bersiul, dan menatap Alvan dengan senyum miring di bibir nya. "Lo yakin, Van? kalau gw menang berarti gw boleh ngajak adek lo nge date kan?" tanya nya. Pak Alvan tidak kalah sengit menjawab pertanyaan Rio, "Kamu pikir saya bakal kalah? tentu tidak semudah itu kan?" "Tapi bukannya curang kalau Juna se tim dengan Pak Alvan dan Kak Haqi. Sedangkan tim kami hanya ada Rio, saya sama Radi pemula." kata Genta merasa tidak adil dengan pembagian tim kami. "Memang yang sudah berpengalaman bermain hanya Rio, tetapi Radi juga tidak bisa saya remehkan. Lebih baik kamu juga tidak meremehkan kemampuan anggota tim mu." jawabnya dengan tenang. Sebelum memulai adu suit, Pak Alvan menggambar batas wilayah di atas tanah juga menaruh sepatunya di kiri kanan tepi garis pembatas itu. "Pak Alvan nyeker?" tanya ku. Sedangkan Pak Alvan hanya tertawa. "Lebih nyaman buat saya dengan bertelanjang kaki seperti ini." Riri pun memanggil Pak Alvan dan Rio dan mulai melakukan suit untuk menentukan siapa yang akan memulai lebih dulu. "Gunting kertas batu!" Dan yang melakukan servis lebih dulu adalah tim Rio. Mereka berdua pun kembali ke posisi mereka, menunggu Riri meniupkan peluit yang ia bawa sejak tadi. Priiiiitt! Begitu peluit di bunyikan bola yang di pukul oleh Radi langsung melesat ke arah tim kami. Aku pikir bola itu akan masuk karena aku terlambat bergerak, tetapi ternyata Pak Alvan berhasil menerima bola itu, ia pun memukul bola pada Kak Haqi dan tanpa menunggu, Kak Haikal berhasil melemparkan kembali bola itu pada tim lawan. Entah kenapa aku melihat Kak Haqi berdecak, karena tidak ada waktu untuk melamun dan berpikir hal yang tidak penting, aku memilih menunda menanyakan hal itu dan fokus pada permainan. Tak! "Bagus, Jun!" teriak Pak Alvan saat aku menendang bola itu dan hampir saja masuk. Poin demi poin saling berkejaran, di tim ku Pak Alvan paling banyak memberikan poin, sedangkan aku baru bisa memberikan poin. Tim ku dan tim Rio hanya berbeda satu angka, tim ku tiga belas angka dan tim Rio dua belas angka. "Pokoknya kalau tim gw menang, lo gak boleh cerewet kalau gw ngajak adek lo buat kencan." teriak Rio penuh semangat dan senyum lebar. "Dan gw gak akan membiarkan hal itu terjadi!" Aku hanya menggelengkan kepalaku, sepertinya mereka punya kepentingan pribadi di latihan hari ini. Sekarang giliran Kak Haqi yang melakukan servis. Servis yang di lakukan Radi memang bagus, tetapi melihat servis yang di lakukan Kak Haqi, bola yang di tendang jauh lebih memliki kontrol dan benar-benar terarah. Jika Radi lebih sering melakukan latihan dan lebih sering bermain sepertinya akan memiliki kemampuan seperti Kak Haqi. Gw juga gak boleh kalah. "Gen!" Genta menerima bola yang di berikan Rio tapi entah karena sudah cukup lelah Genta tidak berhasil menerima bola itu hingga bola jatuh dan memberikan poin untuk tim kami. "Sori sori!" Di latihan hari ini memang Genta yang banyak melakukan miss hingga poin yang seharusnya bisa mereka dapat kan jadi hilang. "Don't mind! Lo udah bagus kok." Hanya tinggal satu poin untuk memenangkan latihan kali ini. Aku berusaha untuk lebih berkonsentrasi, saat menerima umpan dari Kak Haqi aku hampir saja tidak bisa menerima bolanya tetapi secara refleks aku memutar badan ku dan menendang bola itu hingga masuk ke tim lawan. Saat itu Rio dan Genta tidak berhasil untuk memblok tendangan ku hingga berhasil merebut poin terakhir. "Uwoooooo!!! Menaaaanggg!" teriak ku kegirangan. Pak Alvan, Aku dan Kak Haqi saling tos ala-ala gitu. Lalu Pak Alvan melihat ke arah Rio dan tersenyum mengejek. "Siaaaal! awas aja lo, gw pasti bisa ajak adek lo buat kencan sama gw!" ucap nya mendramatisir yang justru membuat Pak Alvan tertawa terbahak-bahak. Aku meneguk sisa minuman sport drink milik ku hingga habis sambil istirahat sejenak. Setelahnya kami kembali ke ruang klub untuk mendengarkan evaluasi dari Pak Alvan sekaligus memberitahu kan siapa yang akan mengisi posisi Killer dan Feeder. Jujur aja, aku benar-benar menginginkan posisi sebagai Killer tapi dari permainan tadi tendangan ku dalam memberikan serangan ke tim lawan masih lemah. Begitu tiba di ruang klub, Pak Alvan berdiri di depan kami semua. "Permainan kalian cukup bagus, walaupun kalian benar-benar pemula tetapi kalian mampu mengimbangi permainan yang saya dan Rio berikan. Sepertinya Rio benar-benar melatih kalian selama ini dengan baik." katanya membuka percakapan. "Kalau begitu saya akan memberitahu siapa yang akan mengisi posisi Killer dan Feeder. Genta, kamu yang akan mengisi posisi Killer. Selama permainan kamu memang tidak begitu bagus dalam menerima serangan dari tim lawan tapi kamu bagus dalam menerima umpan dan menendang bola dengan sempurna. Lalu untuk posisi Feeder akan di isi oleh Juna. Dalam memberikan umpan yang mudah untuk Killer, kamu sangat bagus. Saat melihat serangan terakhir mu, sebenarnya kamu juga memiliki potensi yang bagus untuk menjadi Killer tapi untuk sekarang posisi itu akan lebih baik di serahkan pada Genta. Apa ada yang ingin kalian tanyakan?" Aku mengangkat tangan ku. "Iya?" "Apakah nanti ke depannya kami bisa berganti posisi?" "Tentu, dari pada hanya mempelajari salah satu posisi, saya akan mengajak kan kalian semuanya. Tapi tentunya kalian sendiri lah yang memutuskan untuk memilih mana yang menurut kalian bisa kuasai dan senangi." jawabnya. "Saya ingin kalian juga merasakan perasaan senang dalam olahraga sepak takraw ini. Seperti yang mungkin sudah kalian tahu, permainan sepak takraw bukan lah permainan yang populer seperti basket ataupun voli. Karena itu, bukan hanya untuk membangkitkan kembali klub kalian tetapi juga membuat orang-orang mengenal permainan ini." lanjutnya. "Rio, mungkin bisa mulai meminta salah satu guru untuk menjadi penanggung jawab untuk klub kalian dan minta hari untuk ekskul klub ini. Bagaimanapun kita butuh lapangan indoor agar bisa menggunakan net di latihan selanjutnya." tambah Pak Alvan. Rio menganggukkan kepalanya. Latihan pun di bubarkan. Kami segera mengganti baju olahraga dengan seragam setelah membantu Riri membereskan bola-bola yang tadi kami mainkan. "Kak Haqi, tadi pas main kenapa kak Haqi berdecak?" tanya ku sambil berjalan ke arah tempat parkir motor. "Oh, tadi kita emang main tanpa net. Tapi karena aku sudah tahu tinggi net, di penglihatan ku bola yang aku tendang hampir mengenai net makanya aku berdecak seperti itu." Aku hanya mengangguk menerima jawaban dari Kak Haqi. Aku melihat jam tangan, sudah jam tujuh malam, padahal aku merasa kami tidak latihan terlalu lama hari ini tetapi ternyata hari sudah malam. "Setelah mendapat guru penanggung jawab, kita akan merombak jadwal latihan supaya gak berbenturan sama klub yang lain juga. Jadi untuk sementara besok kita libur latihan, dan mulai latihan lagi lusa. Gimana menurut lo, Van?" "Oke, gak masalah." Begitu sampai di pelataran parkir, kami menuju motor masing-masing dan berpamitan. Haaaa. Rasanya pengen cepat-cepat rebahan. *
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN