Dua minggu setelah latihan tanding dengan White Lily, kami berlatih seperti biasa. Kami juga melatih beberapa teknik baru.
Seminggu sebelumnya, Haikal memberikan hasil video yang ia rekam saat latihan tanding kemarin. Kami melihat video itu di rumah Pak Alvan.
Dengan sangat serius kami memperhatikan cara bermain White Lily, juga cara bermain kami yang kalau di lihat lagi terlihat sangat berantakan dan benar-benar terlihat sebagai pemula.
Aku benar-benar merasa kagum dengan cara bermain Sena juga Rizal, mereka benar-benar hebat.
"Sena sangat mahir dalam memberikan umpan yang akan di berikan pada penyerang, tendangan saltonya pun tidak perlu di ragukan lagi. Sedangkan Rizal, seperti yang kalian lihat, dia benar-benar ancaman untuk penyerang karena pertahanan nya. Kalian sudah merasakannya sendiri kan, tidak mudah untuk bisa menembus pertahanan Rizal. Walaupun ia memiliki kelemahan yang bisa di jadikan celah, namun dengan kerja sama tim yang berjaga di belakangnya, mereka bisa memutar kedudukan dengan sekejap." kata Pak Alvan yang saat itu memberikan penjelasan pada kami semua.
"Karena pertandingan nasional antar sekolah akan di buka, kita akan latihan jauh lebih keras lagi dari pada sebelumnya. Aku juga akan mengusahakan mengadakan latihan tanding dengan klub-klub yang lain." lanjutnya.
Setelah itu kami benar-benar berlatih lebih dari pada biasanya, untung saja kosan Radi tidak jauh dari sini sehingga terkadang aku memilih untuk ikut menginap di sana.
Hari ini rencananya kami akan mencoba bermain namun dengan posisi yang berbeda. Pak Alvan bilang, latihan ini agar kami tidak hanya terpaku dengan satu posisi. Walaupun biasanya para pemain olahraga memang hanya berfokus pada posisi yang sudah mereka dapatkan sejak awal, Pak Alvan lebih ingin kami terbiasa dengan posisi yang lain, katanya agar kamu juga lebih mudah mengetahui kelemahan-kelemahan dari masing-masing posisi.
"Muka lo kusut amat." kata Haikal saat melihat ku yang berjalan lesu ke arahnya.
Aku meletakkan tas ku di atas meja dan mendudukkan p****t ku di kursi yang kayu yang keras.
"Rasanya badan gw remuk deh."
"Lo latihan sampai malem lagi?"
Aku mengangguk dan merebahkan kepala ku di atas meja.
Mataku rasanya sangat berat, selama dua hari kemarin kami latihan seperti sparta hingga malam. Sudah dua hari pula aku menginap di kosan Radi.
Sebelas dua belas dengan ku, Radi pun datang dengan lesu dan berantakan. Haikal yang melihat itu hanya menggeleng kan kepalanya.
"Kalian ini udah kayak zombi aja."
"Gak Rio, gak Pak Alvan. Tiba-tiba berubah jadi sparta." ucap Radi dengan posisi yang sama seperti ku. Merebahkan kepala di atas meja.
"Oh iya pendaftaran pertandingan nasional antar sekolah sudah akan di buka ya? Yah, gw rasa kalian masih akan di latih dengan cara sparta hingga beberapa minggu kedepan." ucap Haikal sambil terkekeh kecil.
Drrrtt... ddrrttt...
Ponsel yang ku taruh di saku celana bergetar, aku pun segera mengambilnya dari saku celana dengan cepat.
Riooo : Hari ini latihan libur, Pak Alvan ada urusan.
Itulah isi pesan yang di kirim Rio di grup sembari mem forward pesan yang di kirim ke Rio.
Riooo : Lagian dua hari kemarin kita terlalu memforsir tenaga karena latihan sampai cukup larut. Jadi hari ini latihan di liburkan, kalian istirahat lah.
Aku, Radi juga Genta hanya membalas pesan Rio seadanya. Tanpa sadar aku menghembuskan napas ku lega, "Akhirnya gw bisa pulang ke rumah dan tiduur." kataku sambil meregangkan tangan.
"Loh? emang kemarin lo gak balik ke rumah?" tanya Haikal.
Aku menggeleng sambil menunjuk Radi yang duduk di belakang ku. "Dua hari kemarin gw nginep di kosannya Radi. Gw gak sanggup naik motor sampai ke rumah, jadi gw ijin nginep di kosan Radi."
*
"Assalamu'alaikum. Juna akhirnya pulaaaang!" ucap ku memberi salam saat tiba di rumah.
Haaa! Home sweet Home!
"Waalaikumsalam. Udah nginepnya?" tanya mamah yang menyambut ku dari ruang TV.
Aku mendekati mamah dan mencium punggung tangan nya. "Udah, hari ini latihan nya di liburin. Jadi Juna pulang aja. Gak enak juga nginep lama-lama di kosan orang." jawab ku.
"Ya udah sana, mandi, ganti baju terus istirahat. Udah makan siang kan kamu? atau belum? kalau belum nanti Mamah siapin makanan dulu." ucapnya.
"Juna tadi udah makan siang di kantin bareng Haikal. Ya udah, mah. Juna mau ke atas dulu, ngantuk banget mau tidur."
Aku pun segera menuju kamar ku yang ada di lantai dua dengan semangat. Aku bahkan sampai setengah berlari karena sudah tidak sabar untuk segera merebahkan tubuhku di atas kasur.
Bodo amat lah, ganti baju nanti.
*
Entah sudah berapa jam aku tertidur, rasanya badan ku sedikit enteng dari pada sebelum nya. Mungkin karena aku tertidur cukup lama, bahkan tadi aku pun langsung terlelap begitu saja setelah kepalaku menyentuh bantal.
Karena tadi aku tidak sempat berganti baju, aku pun segera mengambil baju bersih dan handuk, dan pergi ke arah kamar mandi untuk membasuh badan yang sudah terasa lengket.
Begitu air dingin membasahi badan ku, rasanya aku kembali segar. Rasa lelah yang ku rasakan dua hari kemarin seakan luntur bersama air yang mengalir.
Setelah membersihkan badan ku dan mengenakan pakaian bersih, aku pun keluar dari kamar dengan handuk yang masih bertengger di kepalaku.
"Mah, Juna pinjem hairdryer dong." kata ku pada Mama yang masih setia duduk di ruang TV.
"Ada di wastafel tuh, tadi abis mamah pake."
Aku pun berjalan menuju wastafel yang berada di samping kamar mandi bawah.
Suara dari hairdryer yang ku nyalakan pun mulai terdengar sangat nyaring, rasa hangat yang keluar dari udara panas mesin itu terasa hingga kulit kepala ku, dan dalam beberapa menit rambut basah pun sudah mulai mengering.
Aku kembali mematikan hairdryer tersebut, meletakkan nya kembali di tempat semula. Saat aku kembali menuju ruang TV, rupanya Mamah sudah tidak ada di sana.
Aku mengambil remot TV yang tergeletak di sofa dan mencoba mencari siaran yang bagus.
"Jun, bisa tolong telpon Mbak mu buat mampir ke minimarket depan? Mamah mau bikin ikan bakar tapi kecap nya kurang."
Aku mematikan TV dan berjalan mendekati Mamah yang sedang sibuk masak makan malam di dapur.
"Sini Juna aja yang beli, deket ini di depan." jawab ku sambil menghampiri Mamah.
"Ya udah, tolong ya. Beli kecap sama sekalian gula. Beli yang ukuran besar aja." kata Mamah.
Setelah menerima uang yang di berikan Mamah, aku pun meluncur saat itu juga ke minimarket yang ada di depan perumahan ini.
Aku mengeluarkan sepedah dari garasi rumah. Aku mengayunkan sepeda ku dengan santai, perumahan ku termasuk perumahan yang cukup ramai. Beberapa meter dari rumah ada cafe yang cukup terkenal dan setiap malam minggu pasti banyak mobil yang terparkir di sini. Lalu di depan komplek perumahan pun banyak orang-orang yang berjualan. Makanya aku tidak pernah khawatir jika aku lapar tengah malam, dan Mamah sedang tidak masak. Aku hanya perlu keluar komplek dengan sepeda ku seperti ini.
Aku memarkirkan sepeda ku di depan minimarket yang cukup ramai hari ini, tanpa berlama-lama aku segera mencari barang yang di butuhkan Mamah, setelah mendapatkannya aku pun kembali ke rumah.
*