*Author Pov*
Rio melemparkan bola basket yang ada di tangannya ke ring di depannya, suara dukungan dari murid-murid wanita di kelasnya terdengar riuh.
Jam pelajaran olahraga hari ini adalah basket, guru olahraga mereka pun meminta mereka membuat kelompok dan bertanding. Tim cewek sudah selesai dengan cepat karena mereka tidak bermain full, mungkin lebih tepatnya hanya melemparkan bola ke ring seperti biasa. Apalagi tim cewek lebih banyak berteriak daripada bermain.
Berbeda dengan tim cowok, apalagi Rio. Ia sudah semangat sejak tadi. Pada dasarnya Rio memang menyukai olahraga seperti ini, tetapi olahraga sepak takraw lah yang membuatnya jatuh cinta.
"Riooo! Semangat!!" teriak barisan murid cewek dari kelasnya, di susul dengan jeritan-jeritan penyemangat yang lain.
Semua semakin heboh saat Rio melambaikan tangan pada mereka dengan senyum lebarnya.
Seseorang menepuk bahu Haqi, "Bro, temen lo tolong kondisi kan." ucapnya sedang kan Haqi sendiri hanya mengangkat bahunya tidak peduli.
"Qi, lu kadang minder gak sih temenan sama Rio?" tanya salah satu temannya yang duduk di samping Haqi.
"Ngapain dia minder bro? Haqi sendiri kan 'Pangeran es' sekolah ini." jawab temannya yang lain.
"Oh iya, bener juga."
Haqi hanya menggelengkan kepalanya mendengar perdebatan tidak penting dari teman-temannya itu.
Suara pluit tanda pertandingan berakhir pun terdengar, anak-anak cowok yang tadi bertanding segera menghampiri Haqi dan sisa tim lainnya yang sedang duduk di pinggir lapangan menunggu giliran.
"Qi, bagi minum dong. Gw lupa gak bawa nih." pinta Rio sambil mengibaskan baju olahraga nya. Tentu saja hal ini tidak luput dari para wanita yang masih memperhatikan Rio.
Haqi memberikan botol yang selalu ia bawa saat jam olahraga seperti ini pada Rio.
"Ayo tim terakhir, kita langsung mulai!" perintah guru olahraga yang sudah bersiap.
Haqi juga beberapa murid laki-laki yang tersisa bersiap di posisi masing-masing.
Seperti yang di katakan teman mereka, bukan hanya Rio yang memiliki penggemar, tetapi juga Haqi.
Mereka berdua bahkan memiliki julukan 'Pangeran Matahari' dan 'Pangeran Es'.
Suara teriakan itu kembali terdengar saat mereka melihat Haqi bermain.
"Susah ya jadi orang populer. Dikit-dikit langsung diteriakin." gerutu seseorang yang mendekati Rio.
Rio yang mendengar gerutuan itu hanya tertawa kecil.
"Bukannya lo yang lebih populer? lo kan kembang desa nya sekolah. Top one, cewek populer."
Gadis itu memukul lengan Rio yang justru membuat laki-laki itu tertawa terbahak.
"Lo udah mulai nyiapin persyaratan untuk mengikuti pertandingan nasional antar sekolah kan?" tanya Gadis itu yang bernama Viana.
Rio mengangguk dengan semangat. "Pak Ridwan bilang kalau beliau sudah mengumpulkan persyaratan itu. Beliau meminta kami fokus pada latihan saja."
Viana menoleh ke samping dan menatap Rio sambil tersenyum, "Kalau lo lolos ke final, gw bakal nonton pertandingan lo."
Rio kembali tertawa, kali ini ia menatap Viana. "Gw tunggu deh. Soalnya gw yakin banget tim gw bisa sampai ke final."
Wajah Viana memerah saat melihat Rio menatapnya dengan senyum lebar.
"Yah. Goodluck deh! Gw balik ke anak-anak dulu." ucapnya lalu pergi meninggalkan Rio dengan cepat agar pria itu tidak menyadari wajahnya sudah semerah kepiting rebus.
Guntur, teman sekelas Rio dan Haqi yang sejak tadi melihat percakapan antara Viana dan temannya itu, merangkul pundak Rio.
"Lo jadi cowok gak peka amat, bro."
Rio mengerut kan keningnya, "Gak peka kenapa dah?"
"Ck! si Viana kan naksir lo bro."
"Ngaco lo. Dia naksir Haqi kali." jawab Rio santai.
Guntur hanya bisa melongo melihat ketidak pekaan teman sekelasnya itu.
Pertandingan terakhir tidaklah lama, karena Haqi membabat habis poin dari tim lawan, dan pak guru membubarkan jam olahraga lebih cepat lima belas menit.
Karena masih ada waktu sebelum pelajaran selanjutnya, Haqi, Rio dan beberapa teman sekelas mereka memutuskan untuk pergi ke kantin sembari menunggu jam olahraga selesai.
Rio, Haqi, Guntur dan tiga teman sekelas lainnya memilih duduk di bangku panjang yang berada di depan penjual gorengan.
"Bu, es teh dong satu."
"Sekalian deh bu, saya juga satu." timpal Rio pada penjaga kantin itu.
"Lo pada udah ngerjain tugas Matik?" tanya Guntur pada teman-temannya.
"Loh, emang ada tugas?" Balik tanya salah satu teman mereka.
"Ada dodol."
"Ini siapa sih yang ngide naroh jam pelajaran matematika setelah olahraga? udah badan capek di tambah capek otak juga." dumel Guntur.
Tidak lama, es pesanan Guntur juga Rio pun datang. Rio mencomot satu gorengan yang tersedia di atas meja itu.
"Gw denger tim lo ikut pertandingan nasional antar sekolah ya?" tanya Guntur pada Rio dan Haqi.
Rio mengangguk kan kepalanya, "Iya. Pak Ridwan yang bakal nyiapin semua persyaratan dan pendaftarannya. Kita cuma di suruh fokus latihan."
"Terus? ada perkembangan dari anggota tim lo?"
"Ada dong. Apalagi semenjak kami mengadakan latihan tanding dengan tim sepak takraw dari Nirmala Highschool. Mereka jadi semangat banget, kami juga berencana buat mengadakan latihan tanding lagi sih tapi masih belum nemu waktu juga tim yang cocok." jawab Rio.
"Sekolah yang punya klub sepak takraw gak banyak sih ya. Gak seperti sepak bola, basket ataupun voli."
Mereka terus mengobrol sembari memakan gorengan yang hanya tinggal beberapa biji.
Lalu mereka pun kembali ke kelas begitu jam pelajaran olahraga berakhir.
*
Rio yang sehabis berganti baju di toilet berjalan santai untuk kembali ke kelasnya yang berada di lantai dua. Ia sengaja berganti pakaian di toilet lantai satu karena hanya toilet itu yang sepi. Tidak seperti anak cowok lain yang berganti baju di kelas, Rio memilih mengganti baju di toilet sembari mencari udara agar tidak ngantuk.
"Yo, abis jam olahraga?" sapa Genta yang melihat Rio sedang berjalan di depan kelasnya.
Rio mendekati Genta, "Yoi. Lo sendiri ngapain di luar? jam kosong?"
Genta mengangguk santai, "Suntuk gw d kelas, jadi mending duduk ngamprak di sini."
"Belajar yang rajin lo, jangan sampai dapet nilai merah." ucapnya sambil menepuk-nepuk bahu Genta dan kembali berjalan menuju kelasnya.
Rio memasuki kelas yang sudah ramai, karena anak-anak cewek juga sudah selesai berganti baju dan masuk lagi ke dalam kelas.
Ia memasukkan baju olahraga nya yang basah karena keringat ke dalam plastik yang sengaja ia siapkan sebelum memasukan baju itu ke dalam tas.
"Yo, hari ini lo ada latihan?" tanya Guntur
"Kenapa?"
"Adek lo ikut gabung ke klub lo kan?" tanya Guntur lagi.
"Emang kenapa dah?"
Bukannya menjawab pertanyaan Rio, Guntur malah terkekeh sambil menggaruk tengkuk nya.
"Gw mau pdkt sama adik lo. Boleh kan?"
"Heh, enak aja. Kaga lah." jawab Rio cepat.
"Pelit lo. Kalau Haqi tiba-tiba pdkt sama adek lo, gimana hayo? lo juga nolak?" tanya Guntur kembali.
"Kenapa jadi bawa-bawa Haqi? pokoknya gw gak akan ngijinin adek gw pdkt sama Orang-orang kaya lu. Gw udah tahu kelakuan lo." jawab Rio sambil tertawa.
"Asem lo!"
*