Lima Puluh Dua

1030 Kata
*Author Pov* From Genta : Ri, ini gue Genta. Lo lagi apa? Eh kapan-kapan mau gak jalan-jalan sama gue? Satu pesan yang tertulis di layar ponsel Riri dari teman sekelas juga salah satu anggota tim di klub nya. Pesan dari Genta itu baru sempat ia baca karena seharian ini ia sibuk dengan apa yang sedang ia kerjakan. Riri menimbang-nimbang harus kah ia balas sekarang. Riri melihat jam kecil yang terpajang manis di meja belajarnya. Pukul 21:00. Belum terlalu malam juga kan? Riri mengetik sebuah balasan untuk Genta. To Genta : Hai Gen, Sorry ya baru gw bales pesan lo. Gw sama Rio lagi sibuk di suruh nyokap nih dari sore tadi. Emang lo mau ngajak gw kemana? gw males kalau jalan-jalan jauh. Btw lo sendiri lagi ngapain? Riri tersenyum tipis membaca balasan untuk pria tersebut. Sejak Genta masuk ke dalam tim, bukan sekali dua kali pemuda itu mendekati nya. Apalagi dengan sifat friendly Genta, ia bisa dengan gampang berbaur. Riri bangun dari duduknya dan berjalan menuju kasur nya sambil membawa ponsel miliknya. Ia membuka chat room dirinya dan Febi. Riri : Feb... Gue mau curhat dong.... Febiiii : Cerita apa wahai Putri Kaguya?? Riri : Gue serius ini Febiiii : Iyaaa dehh apaa?? Riri : Mungkin gak sih gue naksir cowok? Febiiii : Hah? Febiiii : Lo Febiiii : Naksir Febiiii : Cowok?? Bumi : -_- Febiiii : Oke oke, lo serius? Siapa? Haqi temen kakak lo itu? Bumi : ???? Kok Haqi siih? Febiiii : Terus siapa? Gak mungkin Jaka kan? Bumi : Hah? Bukan lah, ini cowok sekelas sama kita. Febiii_ : Ohh, Genta? Riri : .... Febiiii : Lo seriuusss???? Febiiii : Lo serius naksir Genta? ya emang sih akhir-akhir lo deket sama dia, tapi... lo serius? bukannya karena lo gak mau rebutan sama Sania gara-gara naksir orang yang sama kan? Riri : Gue sendiri masih ragu. Gw gak tau gimana perasaan gw yang sebenarnya. Kadang kalau lagi ngobrol berdua sama Juna, dia selalu bisa buat apa ya... gw deh degan gitu, sedangkan kalau lagi bareng Genta rasanya seru aja karena kadang kita berdua bisa berantem kecil gitu. Febiiii : Ya kalo lo masih ragu, yaa menurut gue nih ya, lo biarin dia pdkt sama lo, tapi lo sedikit tarik ulur. Sampe lo yakin tuh cowok emang baik. Febiiii : Kalo udah yakin langsung gaassss siiis Riri terkekeh membaca balasan dari Febi. Mungkin ada benarnya, lebih baik ia bermain tarik ulur sampai ia benar-benar yakin kalau Bintang adalah pria baik. Satu pesan muncul di layar ponsel Riri. Entah kenapa senyum nya langsung terbit melihat nama Genta di sana. Genta : Santai aja, Ri haha Gue baru balik ke rumah nih, abis mampir main di kosan Radi. Lo sendiri lagi apa? Riri : Gue lagi istirahat aja nih, paling bentar lagi tidur. Btw kata Rio nanti dia mau ngomong sesuatu sama kalian. Kayaknya dia sama Pak Alvan abis berunding sesuatu. Genta : Serius? Kapan? Riri : Serius, kayaknya lusa deh bakal ada pengumuman dari Rio sama Pak Alvan. Mungkin tentang babak penyisihan pertama yang bakal di adain seminggu lagi. Genta : Hmmm... Genta : Sebelum latihan makin intens untuk babak penyisihan pertama, lo mau gak jalan sama gw sabtu besok? Riri menatap layar ponselnya, ia mengetuk-ngetukan ponselnya di dagu pelan. Sejujurnya dia ingin bilang iya. Tapi pasti Rio tidak akan dengan gampang ngasih ijin buat jalan berdua, yang ada dia pasti minta ikut. Karena kakaknya itu jauh lebih protektif padanya melebihi orang tua mereka sendiri. Riri : Sorry, bukannya gw gak mau, tapi lo tau sendiri gak gampang keluar sama cowok tanpa ijin dari Rio. Mungkin next time? Genta : It's oke, kasih tau aja kalo lo berubah pikiran. Tenang gue yang bakal ijinin ke orang tua lo sama Rio kok. Riri : Ya udah, gue tidur dulu ya. Nite. Genta : Nite, mimpi indah Ri. * Genta menaruh ponselnya di samping. Saat ini ia sedang tidur telentang di kasurnya. Seperti nya ia sudah salah langkah mengajaknya untuk jalan secepat itu. Bagaimana pun kan gadis itu pasti masih belum begitu merasa akrab dengannya. Tentu saja gadis itu akan merasa risih, apalagi keluar malam. Genta menghela nafas keras. Di lihatnya kembali ponselnya, dimana chat dirinya dengan Riri terpampang. Senyumnya terbit saat ia kembali membaca pesan dari Rir. Ia jadi sedikit menyesal kenapa tidak sejak beberapa hari lalu ia mulai melancarkan aksi pdkt. Ponsel Genta terjatuh tepat di wajahnya saat ia merasa sakit yang cukup kuat di dadanya. Rasa nyeri di dadanya membuat ia terbatuk-batuk. Ia mengambil gelas berisi air putih yang selalu ia sediakan di samping tempat tidurnya. Sudah beberapa bulan ini, dadanya sering sekali mengalami nyeri dan sakit yang hebat. Setiap ia ceritakan pada Mamah, Mamah hanya bilang jika dirinya mungkin hanya masuk angin. Karena rasa sakitnya memang hanya sekilas. Genta mengambil nafas dalam-dalam lalu menghembuskannya perlahan. Rasa sakit itu sudah hilang. Genta beranjak dari kasurnya, ia keluar dari kamar dan turun kedapur untuk mengambil air minum kembali. Saat di dapur Genta melihat Mamah juga tengah mengambil minuman dari kulkas. "Kok Mamah belum tidur? Biasanya udah tepar?" Mamah meneguk minumannya sampai habis, lalu menatap putranya. "Mamah haus, mau minum yang dingin-dingin. Kamu juga jangan begadang." "Siap bos, btw Mah. Mamah masih nyimpen obat masuk angin gak sih? Kayaknya Genta masuk angin deh." Mamah berjalan menuju kotak obat yang terdapat di rak atas. "Kayaknya masih ada. Nah ini dia, ada minyak kayu putih juga nih. Kalo masuk angin jangan minum es dulu." Genta mengambil obat yang di berikan Mamah, mengambil satu lalu meminumnya cepat. Ia paling tidak suka minum obat berbentuk tablet, rasanya tidak enak di tenggorokannya. Mamah membuka tutup minyak kayu putih dan membalurkannya di punggung Genta. Begitu juga di bagian d**a putranya itu. "Makasih Mah." Genta mengecup pipi Mamahnya lalu kembali menuju kamarnya untuk segera tidur. Genta mengambil ponselnya yang tergeletak di kasur, men set jam alarmnya pukul 6 pagi. Ia juga mengecek kembali buku yang harus ia bawa besok, biarpun Genta bukan anak yang rajin tapi ia paling benci jika ada buku yang tertinggal. Setelah yakin semua beres, Genta menaruh ponselnya di meja samping kasur. Ia merebahkan dirinya, mencari posisi ternyaman untuk tidur. Tidak lupa ia pun berdoa untuk di pertemukan dengan Riri dalam mimpinya. *
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN