*Author Pov*
Alvan menutup telepon setelah selesai menghubungi seseorang. Seminggu yang lalu ia di hubungi oleh seseorang yang melatih salah satu klub sepak takraw cukup terkenal, beliau bilang jika ia ingin mengadakan latihan tanding dengan Harimau Putih.
Tentu saja Alvan sangat senang dengan tawaran itu, karena memang ia juga bermaksud mengadakan latihan tanding lagi sebelum babak penyisihan pertama di mulai.
Tetapi beberapa sekolah yang ia hubungi menolaknya, selain karena mereka benar-benar tim yang baru terbentuk, juga karena mereka semua terlalu meremehkan anggota timnya.
Beberapa hari setelah nya seorang pelatih menghubungi Alvan, pelatih tersebut berkata jika Sena yang memberitahu tim mereka jika Harimau Putih tim pendatang baru yang tidak bisa di remehkan, karena alasan itulah timnya ingin mencoba melawan tim Harimau Putih.
Setelah mengetahui ketertarikan anggota yang lain tentang latihan tanding kembali, dan mendapatkan persetujuan dari seluruh anggota. Alvan pun menghubungi pelatih sepak Takraw Elang, klub sepak takraw dari sekolah SMA Pelita Jaya.
Klub Elang juga salah satu klub yang lolos masuk ke penyisihan babak pertama. Hal itu tidak di sia-sia kan lagi oleh Alvan.
Tidak seperti White Lily yang juga pendatang baru seperti Harimau Putih, Elang adalah klub yang sudah bertahan cukup lama. Mereka juga cukup terkenal di antara tim-tim yang lain.
*
Alvan melihat sekolah yang berdiri di depannya, tidak seperti sekolah di mana Rio dan anggota tim yang berada, SMA Pelita Jaya merupakan sekolah swasta yang cukup bergengsi di sini. Sekolah yang luas juga terkenal dengan fasilitas penunjang ekskul yang sangat memadai.
Selain sepak takraw, sekolah SMA Pelita Jaya memiliki banyak sekali ekskul. Selain ekskul olahraga yang paling terkenal adalah ekskul cerdas cermat.
Alvan pun menghubungi pelatih klub Elang untuk mengabarkan jika dirinya sudah sampai di depan sekolah. Tidak seperti Alvan yang hanya seorang pelatih lepas, pelatih Elang juga seorang guru di sini.
Karena tidak enak jika menunggu sambil berdiri, Alvan berjalan menuju pos satpam.
"Siang pak, ada yang bisa di bantu?" tanya salah satu satpam yang berjaga saat Alvan mendekati mereka.
"Saya nunggu Pak Dwiki, katanya di suruh tunggu sebentar di sini. Boleh saya ikut menunggu di sini pak? saya tidak enak kalau hanya berdiri di depan gerbang." jawab Alvan sambil tersenyum ramah.
"Oh tamunya Pak Dwiki. Monggo mas, duduk aja dulu. Sebentar lagi jam pulang, gak lama kok."
"Makasih pak."
Alvan kembali membuka ponselnya, ia mengirimkan pesan pada Dwiki -pelatih tim Elang- kalau ia menunggu di pos satpam sekolah.
Selama tiga puluh menit menunggu sembari mengobrol dengan kedua satpam yang ada, akhirnya Dwiki datang menghampiri Alvan.
"Maaf saya lama." kata Dwiki pada Alvan yang sedang bermain catur bersama salah satu satpam.
"Tidak apa." jawab Alvan menghentikan permainan nya.
"Kalau begitu mari ikut ke ruangan saya."
Alvan menganggukkan kepalanya lalu menoleh pada kedua satpam yang sudah menemani nya mengobrol.
"Mari pak, terimakasih sudah menemani saya menunggu."
"Sama-sama mas."
Alvan pun mengikuti Dwiki memasuki sekolah itu, mungkin karena jam pelajaran terakhir baru saja selesai, masih banyak anak-anak sekolah yang hilir mudik di sepanjang koridor. Beberapa dari mereka ada yang menyapa sopan Dwiki saat mereka melewati anak-anak yang sedang duduk di depan kelas atau berpapasan dengan mereka.
Sepertinya Dwiki cukup populer di kalangan anak-anak, hal itu jadi membuat Alvan berpikir apakah jika dirinya juga menjadi pengajar di sekolah Rio, ia akan menjadi guru favorit anak-anak sekolah nya?
"Silahkan masuk, Pak Alvan."
Alvan kembali sadar dari lamunannya saat Dwiki menyuruh nya masuk ke dalam ruangan yang tidak terlalu besar. Rupanya mereka sudah sampai di ruangan tempat biasanya tamu-tamu yang berkunjung ke sekolah.
Dwiki membuka lemari pendingin ukuran sedang yang ada di ruangan itu, ia mengeluarkan segelas air mineral dingin yang berbentuk gelas plastik dan memberikannya pada Alvan.
Alvan mengucapkan terimakasih saat menerima air mineral itu dan segera meminumnya karena ia juga sedikit haus sejak tadi.
"Jadi mengenai kesepakatan kita tentang latihan tanding bersama klub Harimau Putih kami menyetujui nya." kata Dwiki memulai percakapan mereka.
"Saya benar-benar merasa senang sudah di beri kesempatan untuk bermain bersama tim kalian. Seperti yang mungkin anda sudah tahu jika klub sepak takraw di sekolah kami atau lebih tepatnya tim Harimau Putih belum lama terbentuk kembali beberapa lama tertidur." ucap Alvan.
Dwiki menganggukkan kepalanya, "Saya pernah mendengar jika dulu tim anda juga salah satu tim yang cukup kuat."
"Memang, tapi saya akui jika itu semua sudah berlalu. Sekarang kami bangkit sekali lagi dengan para pemain baru, terlebih mereka sangat minim pengalaman bahkan ada yang benar-benar baru di olahraga ini, tetapi mereka memiliki kemampuan yang tidak boleh di sia-sia kan."
"Sepertinya saya harus percaya pada anda karena Sena juga berkata hal yang sama. Sejujurnya kami sama sekali tidak pernah berminat melakukan latihan tanding atau menerima tawaran sekolah lain yang tidak begitu terkenal untuk berlatih bersama karena hanya akan mengurangi jam latihan kami. Tetapi saat saya sedang melatih tim saya dengan White Lily, Sena mengatakan nya kepada saya juga ketua klub Elang bahwa ada klub pendatang baru seperti mereka yang tidak boleh kami lewatkan karena tim anda lolos untuk masuk ke babak penyisihan pertama. Dia juga meyakinkan saya jika anggota tim anda benar-benar memiliki bakat yang tidak boleh di remehkan. Karena itu saya menghubungi anda untuk menawarkan latihan tanding bersama." jelas Dwiki dengan panjang.
"Saya sendiri tidak menyangka akan di hubungi oleh anda. Kami benar-benar beruntung dan tidak sabar untuk berlatih bersama kalian."
"Kalau begitu sekarang kita tetapkan jadwal latihan tanding kita."
Alvan menganggukkan kepalanya semangat, mereka berbincang juga berdiskusi mengenai kapan dan di mana mereka akan melakukan pertandingan latihan ini.
Diskusi dengan Dwiki cukup lama juga alot karena jadwal yang di tawarkan oleh Alvan banyak yang bentrok dengan jadwal sekolah mereka.
Alvan sekarang mengerti kenapa sekolah ini menjadi salah satu sekolah bergengsi adalah dengan banyaknya acara sekolah setiap harinya, jadwal belajar mereka pun tidak perlu di ragukan lagi.
"Kalau begitu kita akan melakukan latihan tanding lima hari lagi. Pertandingan akan di laksanakan di sekolah kalian pukul empat sore." kata Dwiki memastikan kembali jadwal yang sudah mereka sepakati setelah menghabiskan waktu selama satu jam sendiri.
Alvan menganggukkan kepalanya, "Kalau begitu kita sepakat dengan jadwal ini."
Ia mengulurkan tangan nya pada Dwiki, mereka berdua pun berjabat tangan sebagai tanda saling menyetujui dengan jadwal yang sudah mereka siapkan ini.
Mereka berdua berdiri dari duduknya bersamaan, "Kalau begitu sampai bertemu kembali lima hari lagi. Saya tidak sabar menantikan latihan pertandingan kita." ucap Dwiki pada Alvan.
Kemudian setelah semuanya selesai di bahas, Dwiki mengantar Alvan hingga keluar dari gedung sekolah yang sangat luas ini.
"Ternyata sekolah ini memiliki banyak ekskul." ucap Alvan saat melihat banyak sekali ruangan ekskul yang mereka berdua lewati.
"Kepala sekolah juga ketua yayasan sangat ingin memberikan wadah bagi para siswa agar bakat juga keterampilan mereka di salurkan dengan tepat. Hal ini juga menjadi visi dan misi dari sekolah kami." jawabnya.
Alvan mengangguk-anggukan kepalanya mengerti. Setelah sampai di depan gedung sekolah, Alvan juga Dwiki saling berpamitan.
"Sampai jumpa lima hari lagi Pak Alvan." ucapnya.
"Sekali lagi terimakasih, kami menunggu kedatangan kalian ke sekolah kami." kata Alvan lalu ia pun pergi dari sana.
*