Empat Puluh

1217 Kata
*Author Pov* Riri menguncir rambutnya sambil bersenandung riang, ia melihat pantulan dirinya di cermin dan memastikan jika penampilannya sudah rapih. Gadis itu tersenyum puas, ia mengambil ponsel dan tas ranselnya lalu bergegas turun ke bawah, dimana Ibu Ayah juga kakak laki-laki nya sudah menunggu untuk sarapan bersama. "Pagi semua." Sapa Riri pada orang tua dan Kakaknya. Gadis itu mencium pipi ibunya sayang lalu duduk di bangku yang di hadapannya sudah tersaji nasi goreng untuk sarapan mereka. Papah meletakan koran yang sedari tadi di bacanya di atas meja lalu tersenyum pada putrinya. "Rio bilang kalian ada latihan lagi di tempat Nak Alvan?" Riri mengangguk, "Iya. Kak Rio bilang kalau kita harus latihan semaksimal mungkin. Benar kan Kak?" Tanya Riri meminta persetujuan kakaknya itu. Papah mengangguk, "Ya sudah habiskan sarapan kalian." Riri dan Rio tersenyum lebar sambil mengangguk bersemangat. Sesampainya di gerbang sekolah, ia berpamitan pada Rio terlebih dahulu tanpa menunggu laki-laki itu. Riri berjalan santai menuju ke kelasnya. Sayup-sayup ia mendengar keriuhan dari dalam kelasnya. Riri tersenyum, ia benar-benar menyukai suasana ini. Gadis itu melangkahkan kakinya kedalam kelas yang sudah ramai. Ia melihat ke empat temannya sudah datang dan sedang mengobrol seru di tempat mereka. Sania melihat Riri datang langsung melambaikan tangannya, Riri tersenyum dan berjalan mendekati mereka. "Pagi-pagi ada gosip apa niih? Seru banget kayanya." Bela menoleh pada Riri, "Kita-kita lagi gosipin lo!" Riri mengerutkan keningnya bingung. "Hah? Gimana? Gosipin gw?" Tanya nya bingung. Kedua teman di hadapannya kompak mengangguk. Sania menopang dagunya, "Kita lagi gosipin lo yang kemungkinan, kalau lo lagi di PDKT-in sama Genta." "Haaah??" Seru Riri tidak percaya. "Darimana kalian punya pikiran kaya gitu sih??" Tanya Riri benar-benar bingung. Bela berdeham, "Buktinya lo deket banget sama doi." Riri mengerutkan keningnya, "Cuma karena itu doang terus kalian berasumsi Langit suka sama gw? Kalian kan tahu kalau gw sama Genta itu satu klub." Riri menghela nafasnya dan memijat pelipisnya yang mendadak nyeri karena mendengar asumsi aneh teman-temanyan. "Ada-ada aja kalian." Katanya sambil menggelengkan kepalanya dan ikut terkekeh bersama mereka. Tidak lama bel tanda pelajaran pertama di mulai berbunyi membuat Riri dan teman-teman sekelasnya menghentikan obrolan mereka lalu duduk di kursi mereka masing-masing menunggu pelajaran di mulai. ** "Gw pesen krupuk bakso 2, mie lidi 2 sama es teh satu." "Gw bakso ikan sama akua botol 1 ya." "Gw sama febi pesen batagor campur sama akua botol juga 2." Riri menganga lebar mendengar pesanan teman-temannya. "kalian pesen sendiri aja deh. Gila aja gw bawain itu semua." "Nggak bisa bestiiii, yang udah selesai ngerjain tugas bu Wiwin kan cuma lo. Naahh jadi cuma lo yang lagi santai." "Santai gundul mu." Sungut Riri. Ia mendesah pelan, mau bagaimana lagi. Ia juga sudah lamar dan rasanya tidak tega membiarkan teman-temannya juga tidak makan atau sekedar jajan karena memgerjakan tugas yang masih tersisa. Dengan berat hati Ririi membalikan tubuhnya untuk pergi ke kantin dan membeli semua pesanan teman-temannya. Riri merasa lega saat ia melihat kantin belum begitu ramai. Ia langsung mendatangi beberapa stand untuk membeli pesanan teman-temannya. Riri berjalan mendekati stand bakso dan memesan satu mangkuk. Tidak butuh waktu lama pesanannya sudah datang, ia melihat bakso di hadapannya dengan tampang senang. Baru saja ia ingin menyuap sendok pertama, Genta duduk di hadapannya tanpa sungkan. "Hai cewek." sapanya sambil tersenyum lebar pada Riri. Riri hanya membalas dengan senyum terpaksa dan melanjutkan memakan baksonya. Genta berdeham kecil dan membuka bungkus roti yang tadi ia beli. "Sendirian?" Riri mendongakkan kepalanya menatap Genta lalu mengangguk, "Menurut lo?" "Menurur gw, lo lagi sendirian." Riri memutar bola matanya malas, "Yang lain masih belum selesai ngerjain tugas bu Wiwin. Lo udah?" Genta mengangguk dan mulai melahap roti coklatnya, "Udah. Pas gw mau beli roti, anak-anak monyet itu malah nyuruh gw buat beli titipan mereka." Katanya sambil menunjuk kantong plastik berisi beberapa makanan di sana. Riri tertawa kecil, "Sama. Gw juga di jadiin kurir nih buat beli makanan titipan mereka. Tapi berhubung gw laper banget jadi gw makan dulu." Genta tersenyum lebar. Dia tidak bohong perihal teman-temannya yang titip di belikan makanan toh ia juga lebih memilih makan di kelas dari pada di kantin, jadi ia tidak keberatan akan hal itu. Hanya saja saat ia melihat Riri yang sedang membawa kantung plastik di tangannya dan duduk menunggu pesanannya, Genta memutuskan untuk makan di kantin. Lebih tepatnya memutuskan untuk makan barsama gadis ketus di depannya ini. Mereka terus mengobrol sampai ponsel Riri dan juga Genta berdering bersamaan. Riri membuka pesan w******p dari Sania menanyakan titipannya, karena mereka sudah sangat lapar dar haus. Genta menatap Riri dengan tatapan meminta maaf, "Sorry, gw balik ke kelas duluan ya? Anak-anak udah nanyain titipan mereka." Riri memasukan ponselnya ke saku lalu meminum sisa es tehnya, "Bareng aja. Gw juga udah di tanyain anak-anak nih." Genta melipat bibirnya kedalam, ia berusahan menutupi senyumnya yang mendadak ingin terbit di wajahnya. Pemuda mengangguk lalu berdiri yang diikuti oleh Riri dan mereka berjalan bersama menuju kelas mereka. "Akhiirrnyaa lo dateng juga! Laperr nihh, mana bakso ikan gw." Cecar Bela begitu ia melihat Riri datang. Sania yang habis meneguk air minumnya menatap Riri, "Kok lo bisa bareng Genta sih?" Riri memutar duduknya menghadap Sania, "Tadi kita nggak sengaja ketemu di kantin. Terus ngobrol sambil makan siang. Karena kita sekelas jadi ya kita ke sini bareng." Jelas Riri panjang lebar. Sania dan Bela hanya saling melirik sambil menahan tawa dan ber 'oohhh' ria. * Hari minggu dimana mereka akan latihan di lapangan dekat tempat tinggal Pak Alvan pun datang. Sejak tadi Rio sudah membunyikan klakson motor nya sedari tadi, ia sudah mulai bosan menunggu Riri yang masih bersiap-siap. "Riiii, buruaann. Itu anak udah keburu jamuran nungguin kamu. Kuping mamah juga bisa-bisa budeg kalau tiap menit Rio bunyiin klasonnya terus." Teriak mamah dari ruang tv. Rio berlari kecil menuruni anak tangga, "Iyaaa, ini Riri turuun!" Riri langsung bergegas dan menghampiri ibunya untuk berpamitan lalu segera melesat ke motor dimana Rio sudah menunggu. "Ck. Siap-siapnya lama banget sih." kata Rio kesal sembari menstarter motornya kesayangannya. "Kan kita cuma mau latihan di tempat nya si Alvan." Riri merapihkan poninya di kaca spion motor dari belakang jok, "Lama apanya, nggak ada satu jam kok. Lo nya aja yang kecepatan nunggunya. Udah rapi belum?" Tanya Riri sambil tersenyum kepada kakak laki-laki nya itu. Rio tertawa kecil lalu mengacak rambut Bumi pelan, "Rapiihh, rapiihh." "Ihh! Rio! Jangan di acak-acak doong!" "Lo gak lagi naksir anak-anak kan?" Tanya Rio penasaran. "Dih, siapa juga. Udah buruan jalan, katanya anak-anak udah pada nunggu." Rio pun segera menyalakan mesin motornya dan segera meluncur ke tempat latihan mereka. Setelah menempuh perjalanan yang terbilang cukup senggang, Riri dan Rio tiba di tempat latihan tersebut. Terlihat Juna juga yang lainnya sudah datang dan sedang melakukan pemanasan. Rio pun memarkirkan motornya di dekat motor milik Juna, seperti biasa tanpa menunggu Rio, Riri segera menghampiri teman-temannya yang sudah berkumpul. Ia mengerutkan keningnya saat melihat Sena di sana sedang mengobrol dengan Haqi. "Cowok itu anggota dari White Lily kan?" Tanya Riri pada Radi yang sedang melakukan peregangan. "Iya, si Sena." "Ngapain dia ke sini?" "Katanya Kak Haqi sengaja ngajak kak Sena untuk latihan bareng." "Geh! Ngapain tuh bocah ada di sini?" Tanya Rio terkejut begitu ia melihat Sena ada di tempat latihan mereka. "Lah, Kak Haqi gak ngomong dulu ke lo kalau mau ngajak cowok itu?" Balik tanya Riri pada kakaknya. "Kayaknya enggak deh." Percakapan mereka terhenti saat Pak Alvan segera menyuruh Rio melakukan pemanasan *
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN