“Apa yang harus aku lakukan sekarang, Hedy?” tanya Mila di kamar berjalan mondar-mandir banjir dengan lingerie yang menempel di tubuhnya.
“Kamu lakukan konferensi pers dan bila video itu bukan kamu. Atau opsi lain kamu akui saja itu memang kamu tapi kamu tidak tahu siapa yang nyebar video itu.”
“Mengaku?” Mila tersedak salivanya sendiri. Dia menatap Hedy dengan sorot mata penuh kecemasan. Tubuhnya masih bergetar, tangan tak henti meremas ujung selimut. “Aku nggak bisa, Hed. Kalau aku akui, ayah bakal benar-benar murka. Nama keluarga kita tambah hancur, dan aku bisa kehilangan segalanya,” ucapnya, suaranya bergetar penuh panik.
Hedy meletakkan laptop di sampingnya, lalu berdiri dan menghampiri Mila yang masih mondar-mandir. “Makanya aku kasih kamu dua pilihan. Kalau kamu nggak mau opsi
