Suasana ruang makan pagi itu terasa tegang namun tersamar dengan percakapan ringan. Haris terlihat sibuk dengan sarapannya, Wina sesekali mencoba mencairkan suasana dengan obrolan, sementara Mila dan Hedy duduk kaku, menahan sesuatu yang sulit ditutupi dari wajah mereka. Sanvi yang awalnya masih malu-malu, kini memberanikan diri. Ketika Arshan hendak mengambil sayur dengan sendok, ia cepat-cepat menahan tangan suaminya itu. “Kamu mau sayur dan lauk apa? Biar aku ambilkan,” katanya pelan tapi cukup terdengar oleh semua orang di meja. Arshan menoleh sekilas, lalu matanya menangkap reaksi Mila dan Hedy yang jelas-jelas tersentak kecil. Ia tahu, pemandangan ini membuat keduanya seperti terbakar rasa cemburu. Maka dengan sengaja ia mengangkat sudut bibirnya dan menjawab, “Apa pun yang kamu am