Suara ranjang berderit itu makin menjadi-jadi. Lenguhan Mila terdengar semakin keras, seolah sengaja diperdengarkan. Sanvi yang awalnya mencoba menutup telinga dengan bantal, akhirnya benar-benar kehilangan kesabaran. Dadanya berdegup kencang, napasnya tersengal. Dengan emosi yang memuncak, ia bangkit dari tempat tidur, melangkah cepat ke arah dinding yang memisahkan kamarnya dengan kamar Mila dan Hedy. Tanpa pikir panjang, Sanvi memukulkan tangannya keras-keras ke dinding. “Kalian gila! Kenapa nggak sekalian lakukan itu di jalan raya sana!” teriaknya lantang, suaranya memecah kesunyian malam. Di kamar sebelah, Mila tersenyum puas. Ia memang sengaja membuat suara-suara itu semakin keras, menunggu momen di mana Sanvi tak tahan lagi. Baginya, teriakan Sanvi adalah kemenangan kecil—bukti ba