Di dalam kabin mobil yang melaju perlahan menembus jalanan kota yang mulai sepi, hanya terdengar suara deru mesin dan nyanyian lembut dari radio yang mengisi keheningan malam. Lampu jalan memantulkan cahaya kuning temaram ke wajah Mila dan Hedy. Mila duduk di kursi penumpang depan, menoleh pada Hedy yang sedang menyetir. Ekspresinya belum tenang, masih ada jejak kebingungan dan penasaran yang menggantung di matanya. “Aku masih kepikiran,” gumam Mila pelan, “Menurutmu, siapa pria tadi? Apa benar dia pacar Sanvi? Aku baru lihat dia sekali ini…” Hedy menahan senyum miring, lalu mengangkat bahu acuh. “Entah, mungkin teman dekat dia…atau bisa juga pria bayaran,” ujarnya, suaranya terdengar sinis. “Tapi aku yakin satu hal, Sanvi masih sakit hati padaku. Terlalu cepat kalau dia sudah punya peng