Sanvi baru saja keluar dari kamar mandi ketika matanya menangkap Arshan yang duduk di kursi dekat meja, pandangannya tertuju pada lembaran kertas yang penuh coretan. Dahi Sanvi berkerut. “Apa yang kamu lakukan?” tanyanya sambil mendekat, rasa penasaran bercampur cemas. Arshan tak langsung menjawab. Ia seperti terbenam dalam pikirannya, jemarinya mengetuk meja pelan, sorot matanya tajam menatap tulisan di kertas itu. “Enggak,” akhirnya ia berucap pelan, “Aku sedang menyusun sesuatu.” Sanvi mengambil tempat di sampingnya, melirik sekilas. Ada catatan tentang nama-nama, tanggal, bahkan sketsa kecil yang ia tak benar-benar pahami. “Menyusun apa?” desaknya. Arshan menghela napas panjang. “Menyusun langkah…untuk menyeret Hedy. Kasus itu terlalu lama dibiarkan, dan hanya ada satu jalan terba

