Baru saja pintu tertutup, tiba-tiba terbuka kembali. Arshan muncul dari balik pintu dan memanggil, “Sanvi, tunggu dulu!” Sanvi menghentikan langkahnya dan berbalik. “Kenapa kamu memanggilku? Haruskah aku ikut masuk dan menemani?” Arshan menatapnya serius. “Ya, harus. Kamu kan atasannya, dia mungkin lebih tenang kalau kamu ada di sana. Lagi pula, kenapa kamu tidak bilang dari awal bila bukan kamu yang butuh konseling?” Sanvi mengangkat sebelah alisnya, ekspresinya tenang, tapi terselip sedikit senyum kecil di ujung bibirnya. “Kalau aku bilang dari awal, kamu pasti nggak akan langsung terima pesan itu, kan?” Tanpa menunggu jawaban, Sanvi masuk kembali ke ruangan dan duduk di kursi terpisah dari Doni. Ia tidak terlalu dekat, cukup memberi ruang agar Doni bisa bebas bicara, tapi tetap tera