Ruangan lounge VIP Hotel Orchid Regency terasa tenang. Dindingnya dihiasi lukisan minimalis bergaya Eropa, dan aroma kopi mahal masih melayang samar di udara. Cahaya lampu remang menciptakan bayangan panjang seorang pria yang akan segera berhadapan dengan kenyataan. Ferdi duduk di meja sudut ruangan VIP. Tangannya memutar cangkir teh, tapi pikirannya bukan di minuman itu. Herdi menawarkan menemani, tapi Ferdi menolak. Dia mengutus adiknya untuk menemani Andini. Karena secara tidak terduga, untuk pertama kalinya, dia melihat Andini melepaskan topeng dan bertingkah berani dengan meledakkan emosinya. Pintu terbuka. Surya masuk. Rambutnya mulai memutih, langkahnya tidak seagresif dulu. Namun, matanya masih mata raja, yang siap menaruh racun bila diperlukan. Ia duduk. Tak ada jabat tangan.

