Aroma kopi dan roti panggang memenuhi ruangan. Di tengah meja, buah potong disusun rapi, dan tiga gelas jus jeruk segar tampak berembun. Andini duduk di sisi kanan meja, mengenakan piyama satin warna salem dengan rambut dicepol santai. Wajahnya masih menyimpan sisa kemarahan kemarin, tapi juga sinar tekad yang tak bisa disembunyikan. Ferdi duduk di ujung meja, mengenakan kemeja putih santai. Di sebelahnya, Herdi sudah asyik menyantap roti lapis sambil memainkan sendok seperti mikrofon. “Gimana kemarin, Kakak Ipar? Kamu niat belajar bela diri nggak? Aku punya teman yang jago silat, lumayan buat narik poni menantumu nanti,” kata Herdi sambil tertawa sendiri. Andini mengangkat alis, memotong telur rebus dengan tenang. “Kamu pasti suka nonton drama rumah tangga, ya?” “Iya, dong, seru bang

