80. Malam Tak Terlupakan

2026 Kata

Saat malam tiba, aku dan Mas Fendi memutuskan untuk makan malam di kamar saja. Kami terlalu lelah untuk keluar. Bagusnya, setelah renang— kalau aku, sebut saja berendam— badan kami jadi lebih baik. Setelah mandi apa lagi. Rasa lelah jauh berkurang. Selain itu, jet lag-ku juga sudah mendingan. Katakan hampir sepenuhnya sembuh. Terlebih setelah minum teh yang diam-diam Mas Fendi bawa dari rumah. Teh itu membuat perutku jadi lebih tenang. Rasa mual yang sesekali masih terasa juga sudah seluruhnya hilang. “Akhirnya, kenyang juga ...” aku mengusap perutku, lalu menyandarkan badan di sandaran kursi. “Tadi rasanya laper banget habis muntah.” “Sekarang udah baik-baik aja?” Aku mengangguk. “Baik-baik banget, malah.” “Syukurlah. Ngomong-ngomong, aku suka olahan daging ini, Sil. Katanya kambing.

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN