88. Hujan Lebat

1618 Kata

Fendi’s POV “Bu, anakku udah pergi.” Air mata yang sudah kutahan-tahan, akhirnya keluar juga. Ibu memelukku, lalu beliau mengusap-usap punggungku berusaha menenangkan. Kupikir aku cukup kuat, ternyata tidak. Di depan Ibu, air mataku luruh juga. Ini semua salahku. Aku yang membuat Sisil terluka dan anak kami pergi. Andai aku tidak menyarankan turun lewat tangga, andai genggaman tanganku lebih erat lagi, kejadian nahas ini pasti tidak akan terjadi. Sisil pasti baik-baik saja dan kami pun sedang dalam fase bahagia-bahagianya. “Semua ini salahku, Bu. Aku yang paling pantas disalahkan atas ini. Gara-gara aku, Sisil terluka.” “Jangan gitu, Fen. Ini namanya musibah, dan musibah enggak ada yang tahu. Yang pantas disalahkan ya karyawanmu itu. Dia sembrono!” “Tapi andai aku biarin Sisil naik l

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN