“Akhirnya, selesai juga.” Aku merentangkan tangan untuk meregangkan otot-otot yang terasa kaku. Sudah hampir dua jam aku hanya duduk di depan laptop, membuat badan rasanya pegal-pegal. “Udah selesai, sayang?” Aku agak kaget karena datang-datang, Mas Fendi langsung memelukku dari belakang dan mulai menciumi pipiku berkali-kali. Membuat suara-suara yang sebenarnya sedang kurindukan akhir-akhir ini. Dalam hitungan detik, kami sudah berpindah tempat ke sofa. Melepas rindu sesaat akibat merasa jauh, padahal dekat. Rutinitas tiada henti membuat quality time di antara kami sedang jauh berkurang. “Sebenarnya aku agak kaget. Datang-datang, Mas langsung nyerang,” ucapku begitu Mas Fendi berhenti. “Kangen. Akhir-akhir ini kita kaya cuma tinggal bersama, bukan hidup bersama.” Duh! Tinggal bersa