Harapan Sasmita satu – satunya adalah Siska. Dengan sisa harga diri yang Sasmita punya, wanita itu datang ke rumah Siska. Awalnya ia pikir Siska akan mengusirnya, namun salah seorang ART mempersilahkannya masuk ke dalam rumah. Tak lama Siska keluar dan menatap dingin padanya, awalnya Sasmita ragu untuk bertutur kata, terlebih tatapan Siska kini tampak asing ketika menatapnya. “Ada apa kamu kemari?” Untuk sesaat Sasmita terdiam, ia menunduk sembari masih memainkan jemarinya. “Cepat katakan tujuanmu datang kemari.” “Mita mau pinjam uang Bulik.” “Uang? Memang suamimu sekarang tidak memberimu uang?” Sasmita semakin menundukkan kepalanya. “Butuh berapa kamu?” “Tujuh puluh juta, Bulik.” “Hah? Kamu yakin meminjam sebanyak itu? Memang kamu tidak punya tabungan?” “Tabungan Mita habis Bulik.