“Darimana saja Nduk?” Sarti bertanya setelah mendapati wajah putrinya yang pucat baru datang lewat pintu belakang rumah. “Maaf Bu. Mita itu tadi jalan – jalan, tidak tahunya ketiduran di gubuk dekat sungai.” “Oalah, piye tho kamu Nduk. Wes sana ndang mandi, sebentar lagi tamu – tamu datang.” Sasmita mengangguk. Ia sempat berpapasan dengan Saskia, namun adiknya itu hanya membuang muka setelah menatapnya. Dia sempat berpapasan juga dengan para tetangga, mereka membantu mempersiapkan tahlilan Bapak yang sebentar lagi terlaksana. Tak ingin tertinggal, Sasmita segera memasuki kamarnya, kamar yang didalamnya ternyata banyak sekali kenangan antara ia, Pras dan Lila. Sasmita menatap kosong ranjang sana, ranjang yang menjadi saksi bisu begitu bahagianya ia dulu. Tepat di sana dulu keluarga keci