Seluruh urat saraf Kenan seakan terputus dan tubuhnya tiba-tiba lemas. Kebahagiaan yang baru saja diraupnya harus tergerus oleh sesal dan perih lantaran ucapan Olivia. Ia bukan pria yang baik. Dulu. Ia ikhlas mengakui itu dalam hati. Ia pun tidak menyalahkan Olivia yang lebih memihak almarhum Raihan. Raihan yang selama ini menemani hari-harinya, merawatnya, dan menyayangi layaknya putri kandungnya sendiri. “Olive, Sayang, kita duduk dulu ya, Nak.” Anindira merangkul pundak Olivia. Meminta gadis itu untuk menuruti perintahnya. Namun, Olivia seakan tidak peduli. Olivia tetap berdiri dan menatap Kenan dengan tatapan memusuhi. “Olive, enggak mau, Ma. Olive mau pulang ke rumah Oma,” sergah Olivia. Citra terenyuh. Hatinya bagai diremas-remas menyaksikan keangkuhan Olivia. Ia teringat bagaima