Anindira mendesah kesal. Kemarahan mulai memanas dan membakar hatinya. Ia tidak yakin bisa meredam emosinya kali ini. Pernyataan Kenan telah mengobrak-abrik ketenangan batinnya dalam sekejap. “Kupikir kau “sakit”, Kenan. Kau sudah membuangku dan Olivia bahkan sebelum ia lahir dengan cara kejam. Apa karena aku mau tidur denganmu di malam pesta pernikahanmu waktu itu, lantas kaupikir aku akan semudah itu menyerahkan Olivia padamu? Tidak akan.” Anindira tidak memberikan pilihan pada Kenan. “Aku tidak memintamu menyerahkan Olivia padaku. Aku memohon maaf padamu atas semua tindakanku dulu. Aku terlalu egois hingga aku tidak menyadari jika kau sungguh berarti untukku sampai aku kehilanganmu.” Kenan menelan ludah. Ia menahan jeritan hati yang meronta akibat penyesalan yang terus menggerogoti