Brata terpaksa harus memejamkan netranya, efek dari obat anestesinya memaksakan dirinya harus kembali memejamkan netranya, jika dia paksakan untuk membuka netranya pandangannya akan semakin pusing, namun sebelumnya Mama Winda sudah memberikan minum untuk membasahi tenggorokan melalui pipet. “Tidurlah Brata, jangan dipaksakan untuk melek,” pinta Mama Winda dengan lembut mengusap kening putranya, kemudian merapikan selimut yang dikenakan oleh Brata. “Mmm.” Brata hanya bergumam sembari berharap efek obat tersebut menghilang, karena hatinya tak sabar untuk menatap pujaan hatinya. Brata, Fira masing-masing terlihat tertidur pulas di ranjang masing-masing, disusul Mama Winda beristirahat sejenak di ranjang tambahan. Pak Akmal yang baru saja tiba dengan Ratih mengantarkan semua pesanan nyonya