Hari pun berganti hari, tidak terasa pagi sudah kembali menyapa dunia. Terukir senyuman hangat di wajah Brata yang baru saja terbangun dari mimpinya, walau tidak tidur seranjang dengan Fira rupanya tidur satu ruangan saja sudah cukup membuat mood pria itu semakin membaik. Efek obat anestesi yang mulai hilang hingga rasa nyeri jahitan di punggungnya mencuat saja saja tidak dia rasakan, sesungguhnya rasanya sangat nyeri, pedih. Pagi ini sekitar jam delapan pagi, Fira dengan kursi roda yang sudah disiapkan Suster Nurul akan bersiap-siap ke ruang praktik Dokter Hilda untuk memeriksa kandungannya di damping Mama Winda. “Nadira, boleh aku ikut menemani?” tanya Brata, selama ini dia belum pernah menemani Fira periksa kandungannya, setidaknya kali ini sebagai serang calon papa ingin merasakan