Bianca mengulum senyum tipisnya saat melihat Brata keluar juga dari ruang tersebut, pisau lipat yang masih ada ditangannya masih dipegangnya. “Akhirnya keluar juga, Mas Brata,” ucap Bianca sembari melangkah maju ke depan, dengan sigapnya Heri pasang badan di depan Brata selaku ajudan, dan mau tidak mau Bianca tidak bisa terlalu dekat dengan Brata. “Ada keperluan apa datang ke sini?” tanya Brata memasang wajah tegasnya, dan masih berdiri di depan pintu ruangan rawat Fira. “Memangnya salah jika aku ingin menemui suamiku? Dan apa perlu orang ini menghalangi jalanku untuk mendekatimu, Mas?” Malah bertanya lagi Bianca dengan suara yang mendayu-dayu, sembari menunjukkan pisau lipat yang masih ada di tangannya. Brata berdecak dengan sedikit memicingkan netranya. “Sepertinya kamu cepat lupa ji