Fitri masih menundukkan kepalanya dengan posisi berdirinya dan semakin mundur langkahnya dari pecahan vas yang sudah bertebaran di lantai marmer. Mama Winda menatap sendu melihat vas keramiknya yang penuh kenangan tersebut, lalu tatapannya beralih ke Fitri. “Fitri katanya tidak sengaja menyenggolnya, Mah,” jawab Brata sangat berhati-hati berkata. Mama Winda menyunggingkan senyum tipisnya. “Yakin hanya sekedar menyenggolnya, bukan di sengaja? “ balik bertanya Mama Winda sembari menatap wanita berseragam maid itu. “Ma-maaf Nyonya Besar, sa-saya tidak sengaja menyenggolnya, saya tidak melihatnya,” ucap Fitri terbata-bata. Mama Winda menatap maid yang sudah lama bekerja dan membantu keperluan Bianca selama ini, dan sejujurnya Mama Winda kurang sreg dengan maid tersebut, tapi apa boleh buat