Dengan tatapan hangat Brata menyibak rambut panjang Fira yang tergerai indah ke belakang punggung wanita itu, pandangannya pun menelusuri setiap inci wajah wanita cantik yang ada di hadapannya hingga turun ke perut Fira yang mulai menonjol. “Pikiran aku saat ini sangat kalut Nadira setelah pembicaraan kita terakhir. Aku diam, kamu pun diam ... jujur aku tidak sanggup dengan keadaan seperti ini,” ungkap Brata, menghela napas panjangnya. Fira menundukkan kepalanya, jemarinya saling bertautan di atas kedua pahanya saat mendengar mantan suaminya berkata. “Ingin sekali aku memanggilmu Sayang, tapi kamu menolaknya ... jujur keadaanku sangat serba salah. Di satu sisi aku ingin menjadi pria yang bertanggungjawab kepada wanita yang mengandung anak-anakku layaknya seorang suami, aku ingin ikut an