POV Rheinatta Dia hanya bertanya apakah aku sedang sibuk yang segera kujawab dengan kata TIDAK. Setelahnya, dia langsung mengajukan sebuah penawaran kepadaku. Straight to the point, juga kan? Tahu tidak dia menawarkan apa dalam percakapan singkat melalui telepon tersebut? Dia meminta aku untuk menjadi Penerjemah baginya, dan menurutnya, aku bisa bekerja paruh waktu sehingga tidak mengganggu kegiatanku ‘yang lain.’ Wuih, rasanya hatiku demikian penuh ketika itu. Siapa yang sanggup menolak? Terlebih, aku juga begitu menggebu-gebu untuk memperlancar bahasa Jepang-ku, di samping bahasa Mandarin yang juga sedang kupelajari. Karenanya aku tidak memerlukan banyak waktu untuk berpikir terlalu dalam. Aku langsung menjawab IYA pada saat itu juga. Yang aku pikirkan adalah, toh, tidak di semua