POV Kelvin Waktu terus berjalan. Tiga tahun sudah berlalu, semenjak gue diwisuda. Banyak hal telah terjadi. Bukan sekadar ‘peristiwa memprihatiankan’ di mana Papa gue memberikan ucapan selamat atas kelulusan gue dengan cara mentransfer uang dalam jumlah yang begitu besar dan mengirimkan pesan teks ke gue, memberi tahu tentang hal itu pada saat gue, Kezia dan Mama gue makan bareng. Bilangnya sih cuma sebagai ucapan selamat atas kelulusan gue, nggak bilang untuk tambah-tambah uang saku sebagai bekal gue tinggal di Singapura nanti. Enggak. Tapi jumlahnya fantastis. Bukan sekadar cukup untuk bayar biaya kuliah, tapi lebih dari cukup untuk modal gue menginvestasikan ke reksa dana atau bisnis konvensional. Apakah gue bahagia saat itu? Nggak tahu. Yang jelas