POV Rheinatta Aku menatap undangan cantik yang dikirimkan oleh Sylvanie kepadaku. Tatap mataku menelusuri setiap huruf yang tertera di sana. Undangan yang secara khusus dikirimkan oleh Sylvanie untukku, sengaja dikirim jauh-jauh hari dari ‘hari ha’. Undangan yang dikirimkan dalam bentuk fisik dan menggunakan layanan kurir express pula, dengan tujuan agar aku tidak mempunyai cukup alasan untuk menghindar dari ‘kewajiban’ untuk menghadirinya. Senyumku mengembang kala teringat Sylvanie akan yang telah terlebih dulu membicarakan hal itu melalui sambungan video kepadaku, dan memaksaku memberikan alamat rumahku. Kala itu Sylvanie bahkan setengah memaksa mau membelikan aku tiket pulang pergi pula, dan mengancam akan mengirimkan memo protes kepada Atasanku di kantor serta Takeshi, apabi