***** Adriell mengangguk dalam dan menuntun tubuh Alesya agar jatuh dalam pelukannya. Membenamkan kepalanya pada dadanya yang bidang. Sedangkan jemarinya dia gunakan untuk mengusap surai rambut Alesya yang sangat lembut. Alesya mengutuk dirinya dalam hati, pada akhirnya selama empat tahun lebih, Adriell tetap satu-satunya lelaki yang mampu mengobrak-abrik hatinya. Jarak dan waktu tidak mengubah perasaanya pada sosok yang memeluk nya saat ini. Dia menangis, sudut matanya mengeluarkan buliran cairan bening. Terisak pelan didalam pelukan Adriell. Tubuh Adriell menegang sejenak, tangisan itu mengingatkannya pada masa-masa dulu. Ketika dia dengan bodohnya selalu menyakiti perasaan Alesya. Entah itu memang dia sengaja atau tidak, tapi yang pasti Adriell kecewa dengan sikap kekanak-kanakan dul