“Bos, mau makan siang bareng nggak?” Abifian mengalihkan pandangannya dari komputer dan mendapati Hazmi, teman sekaligus sekretaris pribadinya sekarang sedang berdiri di depan pintu ruangannya. Lelaki bermata sipit itu menatap atasannya dengan sorot memohon. Dilihat dari ekspresinya yang memelas, nampaknya lelaki itu sangat kelaparan tapi tidak ingin makan sendirian. Padahal dia bisa saja mengajak karyawan lain untuk makan bersama bukan malah mengganggu atasannya yang masih berkutat di depan komputer. “Ya udah ayo.” Akhirnya Abifian memutuskan untuk ikut menemani Hazmi makan siang. Urusan kerjaan yang belum selesai nanti bisa dia limpahkan pada Hazmi. Dasar sesuka bos. “Akhirnya ada yang mau nemenin gue makan siang!” Hazmi bertepuk tangan bahagia lalu kemudian berjalan beriringan dengan