“Zenina pasti bahagia melihat adik tersayangnya bahagia seperti ini.” Zeta tersenyum sendu. “Aya berharap, Mas Fahri juga akan selalu bahagia. Pasti Kak Nina juga berharap seperti itu,” balas Zeta sambil menatap kakak ipar sekaligus mantan suaminya ini. Fahri memasukkan kedua tangan ke dalam saku, tatapan matanya masih menyiratkan kesedihan. Kebersamaannya dengan Zenina masih segar di ingatan. Wanita lembut dan polos itu pernah mengisi hari-harinya. “Terima kasih, Zetaya, karena selama ini kamu bahkan mengorbankan hidupmu untuk merawat Misha. Sampai kamu bahkan bersedia menjadi istri saya, walaupun hubungan kita tak bertahan lama.” “Mas Fahri gak akan larang aku buat ketemu Misha kan setelah ini? Jangan pisahkan kami, Mas, aku mohon... Misha... Misha akan selalu jadi anakku, Mas...” uca