Orang Asing yang Nakal

1890 Kata
Hahhh Manusia Kapan ada manusia datang membebaskanku? Berapa lama aku terkurung di dalam sini? Dua hari? Apa aku terkurung selama dua hari? Ah aku rasa masih sekitar satu hari. Awas saja Raja Agnisaga Sialan! "Tuan Johannes, permisi Tuan!" teriak Pak Agus dari luar rumah sambil berulang kali mengetuk pintu. Tuan Johaness yang tengah bersantap pagi bersama keluarga kecilnya langsung beranjak untuk membuka pintu. "Udah siap semua, Pak Agus?" sapa Tuan Johaness ketika melihat beberapa warga tengah berdiri di belakang Pak Agus. Sebelum matahari terbit, Tuan Johaness telah menghubungi Pak Agus, dan memintanya untuk mengumpulkan beberapa warga demi mencari orang asing yang masuk ke hutan Agnisaga yang belum keluar hingga hari ini. Tuan Johaness mulai khawatir bahwa orang tersebut telah mengalami sesuatu yang buruk di dalam hutan. Tuan Johaness kembali masuk ke dalam rumah, mengambil beberapa peralatan kemudian berpamitan dengan keluarga kecilnya. "Loh, Ayah ga habisin sarapan dulu?" ucap Luna ketika melihat ayahnya terburu-buru ingin meninggalkan rumah. "Nanti sarapannya Ayah sambung lagi aja, Luna. Ayah udah ditunggu sama warga di luar," jawab Tuan Johaness sambil mengambil beberapa peralatan yang terletak di gudang yang tidak jauh dari ruang makan. "Mana ada sarapan disambung itu, Yah. Nih, Ayah minum ini aja dulu, biar anget badannya pas masuk hutan." Nyonya Johaness memberikan satu gelas jahe merah hangat kepada suaminya sebagai bentuk perhatian dan kasih sayang. Tuan Johaness segera meminum wedang buatan istrinya itu dengan tergesa-gesa. "Udah ya, Bu. Ayah berangkat dulu." Sebuah kecupan hangat mendarat di bibir Nyonya Johaness. "Aaa... Luna ga lihat! Luna belum cukup umur! Luna ga lihat!" Luna terlihat histeris melihat keromantisan kedua orang tuanya. "Luna ih, Luna tuh udah dewasa, udah 21 tahun. Sekali-kali kamu harus kenal sama cowok biar bisa romantis-romantisan kek Ayah sama Ibu!" Nyonya Johaness justru mengejek anak gadisnya yang baru beranjak dewasa itu. "Ga mau! Luna masih pengen jajan cilok, Luna belum pengen jajan popok!" sahutnya ketus sambil tetap menutupi mukanya karena tidak ingin melihat lagi kemesraan kedua orang tuanya. "Luna pikir orang pacaran langsung bisa hamil? Emangnya Luna pacaran mau ngapain aja?" sahut Tuan Johaness yang tidak habis pikir dengan apa yang diucapkan anak semata wayangnya itu. "Yaaa, melakukan sesuatu yang menyenangkan dong, kek Ayah sama Ibu kalo malem, hihihi," celetuk Luna polos seperti tanpa dosa. "Luna!!!" Nyonya dan Tuan Johaness berteriak bersamaan kepada anak kesayangannya yang ternyata cukup nakal itu. Mereka berdua tidak menyangka, Luna yang selama ini mereka pikir anak yang polos, ternyata mengetahui tentang hal pribadi yang mereka lakukan. Mendengar teriakan itu, Luna langsung berlari keluar dari rumahnya untuk bermain di kebun teh milik keluarganya, meninggalkan sarapan yang masih tersisa di atas meja. Meski Luna telah berusia cukup matang, tetapi tingkah lakunya masih terlihat seperti anak kecil. Suka bermain, selalu ceria, dan belum ingin mengenal lawan jenis secara lebih serius. Sebenarnya cukup banyak pria di desa yang tertarik kepada Luna karena paras eloknya, namun Luna masih terlihat enggan menanggapi para pria yang ingin berkenalan dengannya. Tuan Johaness ditemani beberapa warga segera masuk ke dalam hutan Agnisaga, menyisir jejak yang mungkin ditinggalkan oleh orang asing tersebut. Cukup lama Tuan Johaness dan para warga berkeliling, namun mereka tidak menemukan satu pun jejak kehidupan di sekitar mereka. Akhirnya, Tuan Johaness membagi warga menjadi dua kelompok untuk memperluas jangkauan pencarian. Satu kelompok dipimpin oleh Tuan Johaness dan satu lagi dipimpin oleh Pak Agus. Pencarian tidak berlangsung mulus. Hingga tengah hari dan kedua kelompok berkumpul kembali, orang asing tersebut tetap tidak dapat ditemukan. Tuan Johaness pun pasrah dan berniat untuk keluar dari hutan bersama warga. Rombongan warga sengaja mengambil jalan memutar, siapa tahu mereka menemukan petunjuk saat berada di tengah jalan yang tadi sempat terlewat ketika berpencar. "Tuan Johaness, lihat! Ada ranting patah di sini!" seru seorang warga yang berada di rombongan belakang. Tuan Johaness dan rombongan yang berada di depan langsung menengok dan melangkah cepat ke arah warga yang menemukan petunjuk itu. Tuan Johaness segera memeriksa jejak yang kemungkinan menjadi petunjuk atas orang asing yang memasuki hutan ini. Ia melihat jika ranting itu patah belum lama ini, mungkin sekitar beberapa jam yang lalu. Hal itu tampak dari daun yang belum layu dan batang kayu yang belum mengering. Ketika Tuan Johaness memeriksa di sekitar ranting yang patah itu, ia menemukan ada jejak kaki hewan yang mengarah ke sebuah goa yang tidak jauh dari tempat mereka berdiri. Rombongan Tuan Johaness segera menyusuri jejak sambil memerhatikan sekeliling mencari petunjuk lain yang mungkin ditemukan. "Tuan Johaness! Darah!" teriak salah satu warga yang berjalan di depan Tuan Johaness. Semua orang segera berlari mendekat dan memeriksa di sekitarnya. Jejak darah itu terlihat semakin banyak ketika mendekat ke arah Goa dan jejak itu berakhir di pintu goa. Terdapat juga jejak kaki hewan yang identik dengan apa yang telah mereka temukan sebelumnya. Jejak itu mengarah masuk ke goa, lalu jejak lain ada yang mengarah ke luar goa, namun tidak ada jejak darah yang mengikutinya. Tuan Johaness segera mengambil senter dari ransel yang ia bawa. Ketika Tuan Johaness menyorotkan lampu senternya ke dalam goa yang gelap, ia menemukan orang asing yang ia cari sejak kemarin dalam keadaan yang mengenaskan dan tidak bernyawa. Tuan Johaness segera meminta tolong kepada warga untuk mengeluarkan mayat itu. Butuh 3 orang untuk mengangkatnya keluar dari goa yang memiliki lantai yang licin itu. Goa yang ada di depan Tuan Johaness adalah jenis goa yang dangkal, sedikit mengarah ke bawah dan cukup curam, namun memiliki sumber air yang menetes dari langit-langitnya. Goa itu juga memiliki lantai yang terdiri dari bebatuan halus. Tetesan air dari langit-langit goa juga membuat lantainya menjadi licin sehingga berbahaya untuk dimasuki meski telah menggunakan alas kaki khusus. Tiga orang warga segera turun untuk mengangkat mayat orang asing yang nekad masuk ke dalam hutan Agnisaga tersebut. Ada sedikit keanehan pada mayat tersebut, di mana mayat itu telah mengeluarkan bau busuk yang cukup menyengat padahal ia diperkirakan baru tewas beberapa jam yang lalu. Sambil menahan aroma busuk itu, tiga orang warga segera mengangkat mayat itu keluar dari goa. Sayangnya, salah seorang warga kurang berhati-hati dalam mengambil batu pijakan. Hal itu membuatnya tergelincir, bagian belakang kepalanya menghantam lantai goa yang padat dan licin dengan keras. Dua orang yang berada di sampingnya tidak dapat berbuat apapun karena sedang mengangkat mayat sekaligus juga terkejut dengan apa yang mereka lihat di depan mereka. Hantaman pada lantai batu membuat kepala orang tersebut mengalami pendarahan yang hebat. Orang itu terguling dan terseret hingga ke dasar goa. Pendarahan yang terjadi pada kepalanya menciptakan jalur darah segar dari tempat ia terbentur hingga ke dasar goa. Dua orang lainnya segera menurunkan mayat yang mereka bawa dan turun membantu rekannya yang terjatuh. Tuan Johaness dan dua orang lain yang berada di luar goa segera turun dengan hati-hati ke dasar goa untuk menolongnya. Ketika Tuan Johaness dan warga lain tiba di dasar goa, terlihat bahwa orang yang tergelincir tadi tengah kejang akibat dari trauma kepala yang disebabkan oleh benturan. Matanya terbelalak, mulutnya terbuka menganga dan seluruh tubuhnya berkontraksi secara konstan. Tuan Johaness berusaha memberikan pertolongan pertama, namun sayang orang tersebut tidak dapat diselamatkan dan meninggal di tempat. "Untuk semua yang menolong, tolong hati-hati! Lantai di sini sangat licin, saya ga pengen ada korban lain di sini!" seru Tuan Johaness kepada warga yang turun ke dasar goa. Seluruh warga bahu membahu mengeluarkan dua korban dari dalam goa. Secara estafet, warga yang berada di dalam goa mengulurkan korban dan disambut oleh tangan warga yang berada di luar goa. Cukup sulit perjuangan yang dilakukan oleh para warga untuk mengangkat kedua korban secara bergantian. Setelah korban berhasil dikeluarkan, dengan perlahan dan sangat hati-hati Tuan Johaness dan warga yang berada di dasar goa keluar menuju permukaan. "Tuan Johaness, tolong Tuan lihat korban yang ini," ucap Pak Agus sambil menunjuk korban pertama yang merupakan orang asing yang sembarangan masuk ke dalam hutan Agnisaga. Tuan Johaness segera mendekat ke arah korban sambil menutup hidung karena aroma busuk yang menguar dari tubuh mayat itu. Ketika dalam keadaan terlentang, tidak ada keanehan yang terlihat dari mayat tersebut. Hanya luka benturan yang terlihat mirip dengan luka akibat dari terpeleset seperti yang dialami warga yang baru saja meninggal. Tuan Johaness bingung dengan keadaan ini, "Bagaimana bisa hanya luka benturan tetapi menimbulkan aroma yang sangat menyengat?" pikir Tuan Johaness. "Tuan, coba Tuan perhatikan bagian belakang dari korban," sahut salah satu warga sambil membalikkan tubuh korban tersebut. Semua warga menutup hidungnya semakin rapat ketika melihat punggung mayat itu yang terlihat telah membusuk. Tuan Johaness adalah orang yang paling terkejut ketika menyaksikan kejadian itu. Keanehan terlihat semakin jelas di sini karena tidak mungkin jika korban yang baru beberapa jam meninggal memiliki luka yang telah membusuk. Bekas darah yang ada di baju bagian belakang mayat tersebut terlihat mulai menghitam dan merata ke seluruh baju yang terlihat terkoyak seperti terkena cakaran. Pikiran Tuan Johaness segera melayang ke jejak kaki yang ia temukan di lokasi kejadian. "Kemungkinan orang ini lari ke arah goa waktu dikejar sama seekor hewan buas. Dia sempat hampir ketangkap pas kabur dari hewan itu, kelihatan dari luka cakar yang ada di baju bagian belakangnya. Mungkin juga, dia akhirnya kepeleset pas nyampe di goa," ucap Tuan Johaness sambil memeriksa mayat itu. "Mungkin juga sih, Tuan. Apalagi kalo kejadiannya pas malem kan? Goa kek tadi itu mungkin ga kelihatan," celetuk salah satu warga. "Tapi kalo kek gitu, kenapa mayatnya busuk banget? Bukannya orang ini baru kemarin masuk hutan ya?" Pak Agus menimpali ucapan dari warga tadi. "Coba Tuan buka deh bajunya, siapa tau ada petujuk lain di sana," sahut seorang warga yang lain. Tuan Johaness segera merobek baju bagian belakang mayat itu. Tuan Johaness tidak dapat berkata apapun, hanya rasa terkejut yang ia rasakan bersamaan dengan tatapannya kepada warga yang membantunya. Semua orang di hutan itu saling berpandangan satu sama lain, mereka seakan tidak percaya dengan apa yang mereka lihat. Mayat itu memiliki luka cakar yang telah membusuk dan membiru di sekitar bekas cakarannya. Bekas cakaran ini sangat aneh jika disebabkan oleh hewan buas biasa. "Kira-kira hewan apa yang bisa bikin luka cakar sampe busuk kek gini?" Tuan Johaness hanya dapat melihat ke tubuh mayat bagian atas, lalu perlahan menyusur menuju ke bawah lalu kembali ke atas. "Keknya bukan hewan biasa deh, Tuan," jawab seorang warga. "Atau mungkin ini ulah siluman?" celetuk warga lain. "Huss, jangan ngawur sampean! Mana ada siluman zaman sekarang ini!" sahut Pak Agus meredam ucapan dari warga itu. Semua orang di sana menjadi gundah. Satu sisi, mereka tidak ingin percaya dengan ucapan warga yang mengatakan jika itu ulah dari siluman. Tapi sisi lain, luka yang membusuk itu mengindikasikan jika memang korban diserang oleh sesuatu yang tidak biasa. Entah itu siluman, atau hewan yang memiliki cakar beracun. "Udah, kita bungkus dulu aja dua jenazah ini. Orang asing ini nanti biar saya sama Pak Agus yang anter ke rumah sakit di Kalibaru. Kita serahkan ke pihak berwajib buat diotopsi. Kalo yang warga kita, langsung diserahkan kepada keluarganya dan segera kita urus pemakamannya setelah ini," ucap Tuan Johaness meredam kepanikan warga yang mulai terlihat. "Baik, Tuan," jawab beberapa warga serempak sebelum kemudian membungkus dua jenazah dengan kantung jenazah yang telah dipersiapkan sebelumnya. Ketika menyusuri hutan mencari orang asing yang nekad masuk ke dalam hutan, warga selalu menyiapkan kantung jenazah untuk berjaga-jaga apabila korban ditemukan dalam keadaan tidak bernyawa seperti hari ini. Sayangnya, korban hari ini harus bertambah akibat kecelakaan. Setelah warga selesai membungkus jenazah, mereka segera mengangkatnya bersama-sama menuju ke desa. Namun mereka tidak melihat, apabila ada seekor hewan berkaki empat yang tengah mengintai mereka dengan jarak yang tidak terlalu jauh dari tempat mereka berjalan.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN