"Bar, Papi setuju sama kamu bahwa Nirwana sudah sangat keterlaluan. Namanya ibu sendiri diucap-ucapin sampai segitunya, hati anak mana yang nggak tersinggung? Padahal posisinya, Wana sendiri, kan, yang nyanggupin dan request biar ibu kamu tinggal sama kalian aja?" Oh, benar. Bahkan di sini yang mengajak untuk menikah pun bukan Barat, tetapi Nirwana. Harusnya Wanalah yang paling bisa menerima segala kondisi Barat, entah itu terkait ibu, keluarga pecah belahnya, juga Ayumi--orang-orang di sekitar Barat ini--sebagai bentuk dari risiko; suruh siapa mau nikah sama Barat. Begitu, kan, kasarnya? Namun, di samping itu Barat juga menerima Nirwana, yang harusnya dia mampu mengendalikan emosinya sebagai wujud dari penerimaan. Terlebih, mau dikata apa, Barat ini pemimpin. Meski Nirwana yang mengajak