Ch-9 Saudara Tiri

1109 Kata
“Dasar bodooh, kenapa kamu melakukan ini untukku?! Hey! Rey? Sadarlah!” Raina berusaha membangunkan Rey agar pria itu tidak kehilangan kesadarannya. “Aaaaaaaaaaaaaa!” Wanita itu menjerit histeris karena gagal melukai Raina. Para pengawal datang, mereka menyerbu masuk ke dalam untuk menyeret wanita tersebut keluar dari dalam ruangan. Keesokan harinya, Rey terjaga di dalam ruangan beraroma antiseptik. Pria itu melihat selang infus pada lengan kanannya. Tidak ada siapapun di sana kecuali dirinya seorang diri. Punggungnya masih terasa begitu nyeri. Tak lama setelah dia terjaga, dokter melangkah masuk ke dalam ruangan untuk memeriksa luka pada punggungnya. Beruntung tusukan pada punggungnya tidak terlalu parah, luka sedalam sepuluh sentimeter tersebut sudah dijahit. Rey mengerjapkan kelopak matanya, berikutnya dia melihat asisten dalam kediamannya masuk untuk melihat kondisi dirinya. “Bagaimana kondisi Tuan saya, Dok?” “Sudah banyak kemajuan. Tubuhnya pulih begitu cepat, ini sangat luar biasa. Biasanya saya menemukan pasien dengan luka sejenis tidak langsung membaik seperti kondisi beliau. Sepertinya Tuan Rey memiliki tubuh sepesial.” “Bisakah dokter melakukan pemeriksaan lebih lanjut, saya cemas jika kondisinya mendadak tidak stabil.” “Tentu saja, saya akan memeriksanya secara keseluruhan.” Ucap Dokter tersebut untuk meyakinkan asisten Rey. Benar saja, ketika menginjak sore hari Rey sudah bisa duduk di atas tempat tidur dalam ruangan ICU tersebut. Raina kaget sekali ketika masuk ke dalam ruangan, dia mendapati sorot mata tajam dari wajah pucat pria tersebut. “Siapa wanita itu? Pasienmu lagi?” Tanya Rey dengan nada dingin. “Bukan.” Wajah Raina menunduk, dia merasa bersalah lantaran sudah membuat Rey berada di dalam situasi berbahaya seperti semalam. “Lalu dia siapa?” “Rumit, lain kali aku akan menceritakannya padamu.” “Setelah melihat kondisiku seperti ini, kamu masih ingin menyembunyikan hal lain dariku?” Rey menatap Raina dengan tatapan penuh ejekan, pria itu sama sekali tidak percaya dengan apa yang dia dengar barusan dari Raina Jenie. “Aku bersedia menjadi doktermu! Seperti yang kamu mau, jadi tolong jangan tanya lagi alasan aku tidak menceritakan ini padamu. Aku bukan wanita tegar seperti yang nampak di depan matamu selama ini. Aku punya sisi gelap dan hal itu tidak ingin aku ceritakan pada siapapun.” Setelah berkata demikian, Raina segera meninggalkan ruangan tersebut. Tak lama setelah kepergian Raina, asisten kediamannya kembali masuk ke dalam ruangan. “Kamu sudah menyelidikinya? Apa hubungan Raina dengan wanita bernama Sharon?” “Saudara tiri, Tuan. Sharon merupakan putri dari hasil pernikahan pertama Tuan Jen. Ayah Nona Raina menikah lagi dengan Nyonya Jenie. Lebih tepatnya mereka sebelumnya sempat membina hubungan terselubung di belakang ikatan pernikahan. Keluarga besar Jen awalnya tinggal di San Francisco. Semenjak kepergian suaminya, Nyonya Jenie kembali ke London untuk mengelola laboratorium miliknya. Ini sangat rumit Tuan, apalagi dari kabar yang saya dengar, Nona Raina sudah lahir di San Francisco sebelum Nyonya Jenie menikahi Tuan Jen. Mereka sudah membina hubungan gelap selama bertahun-tahun lamanya. Karena hal tersebut putri dari istri pertama Tuan Jen memiliki dendam besar, dan Sharon menuntut keadilan pada Raina karena anak itu merasa kalau Nyonya Jenie sudah merenggut Ayah serta nyawa ibunya. Ibu Sharon meninggal dunia tidak lama setelah suaminya memutuskan untuk menikahi pacar gelapnya, yaitu Nyonya Jenie. Gadis kecil itu dipaksa tinggal di panti asuhan oleh Ayahnya sendiri karen Profesor Jenie tidak bersedia merawat Sharon. Masalah ini sangat rumit sekali, Tuan.” “Baiklah, aku mengerti. Jadi di mana Sharon sekarang?” “Saya mengirimnya ke kantor polisi. Ternyata Sharon memiliki warisan peninggalan dari Tuan Jen. Ini aneh sekali bukan? Semua harta kekayaan di San Francisco jatuh pada istri pertama Tuan Jen. Dan tentunya sekarang syah menjadi milik Sharon seutuhnya. Tapi sepertinya Sharon sama sekali tidak bisa melepaskan Nona Raina. Pernikahan kedua ayahnya membuatnya kehilangan banyak hal. Cinta, kasih sayang, juga Ibunya.” “Apa dia akan dibebaskan? Tidak mendapatkan hukuman?” “Ada sedikit gangguan mental dan kejiwaan, kemungkinan besar Sharon akan dirawat di rumah sakit terkait kondisi mental yang kurang baik.” “Astaga! Dan dia pasti menggunakan kesempatan itu untuk mencari Raina!” Keluh Rey. Pria itu bisa langsung tahu ke mana Sharon akan menuju ketika lepas dari dalam ruangan tahanan. “Nona Raina akan tetap aman dalam pengawasan kami, Tuan tidak perlu cemas.” “Ya, untuk sementara ini jaga dan awasi terus. Jika ada hal-hal mencurigakan segera laporkan padaku. Raina akan menjadi dokter pribadiku mulai hari ini. Wanita itu sudah setuju dengan kontrak yang aku ajukan.” Mendengar hal itu, asistennya ikut merasa lega. “Apakah saya perlu menyiapkan sesuatu di dalam kediaman secara khusus untuk menyambut kedatangan Nona Raina, Tuan?” “Hem.” Rey menggelengkan kepala. “Wanita itu tidak pernah bertele-tele. Aku rasa dia bukan peminat gaun, aku melihat penampilannya cenderung praktis, rapi, dan sederhana. Riasan serta perhiasan, sepertinya dia juga bukan peminat semua itu.” Rey tahu betul, bahkan parfum dari tubuh Raina juga tidak terlalu mencolok layaknya wanita-wanita muda yang sering dia temui. Gaun yang dikenakan Raina juga berupa dress selutut dengan ikat di pinggang kemudian wanita itu menutupinya dengan jas putih dokter miliknya. Beberapa kali Rey menemui Raina mengenakan dress dengan mode sedikit berbeda tapi tetap saja tidak lebih dari sepanjang lutut. Rey menyebutnya dengan penampilan praktis. “Berikan saja ketika dia meminta sesuatu yang dia butuhkan darimu.” “Baik Tuan, kalau begitu saya permisi.” Selang lima hari, Rey memutuskan untuk kembali ke kediamannya. Lukanya juga sudah membaik dibandingkan beberapa hari sebelumnya. Di sisi lain.. Raina sangat menyesal, dia terlanjur mengambil keputusan besar di dalam hidupnya. Menjadi dokter pribadi Rey, tinggal di kediaman milik pria itu setiap malam. Kemungkinan besar dia akan sedikit kesulitan karena harus pulang pergi dari tiga tempat. Klinik, rumah, dan kediaman Rey. Sore ini dia masih berada di dalam klinik, beberapa menit lalu asisten Rey secara pribadi sudah menghubungi dirinya untuk mengingatkan kalau pekerjaan sebagai dokter pribadi Rey akan dimulai dari malam ini. Tidak hanya cemas, Raina tidak bisa menyangkal kalau Rey adalah seorang pria normal yang bisa saja mengambil kesempatan di dalam kesempitan ketika dia tinggal di dalam kediaman hening mirip sebuah kastil yang dihuni seekor naga tersebut. “Bagaimana sekarang? Aku terlanjur menandatanganinya!” Jeritnya pada dirinya sendiri. Sore itu Raina kembali ke rumah untuk membersihkan diri. Selang beberapa jam kemudian, mobil jemputan dari kediaman Rey tiba di depan rumahnya. Wanita itu mengambil tas serta perlengkapan yang dia perlukan lalu masuk ke dalam mobil. Sepanjang jalan, degup jantungnya terus berdebar tidak beraturan. Raina tidak tahu cara menempatkan dirinya ketika sudah tiba di sana nantinya. “Predator gila itu, semoga saja tidak menghardikku malam ini! Tatapan bola matanya begitu dingin bagai kutub utara. Hanya satu hal yang membuatku bertanya-tanya sampai sekarang, kenapa dia begitu peduli dengan keselamatanku?” Banyak sekali gambaran yang terlintas dalam benak Raina.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN