Sampai di kediaman Rey, Raina melihat para pelayan sedang sibuk merapikan ruangan utama. Entah sudah berapa keramik antik yang menjadi sasaran amukan Rey saat Raina masih berada di kediaman Nyonya Jenie. Raina menatap ke arah Gee yang kini sudah berdiri di bawah tangga, sepertinya pria itu memang berada di sana untuk menunggu kedatangannya. “Gee?” “Presdir ada di lantai atas, Nona Raina silakan naik.. beliau sudah menunggu Anda.” Raina menelan ludahnya, dalam hatinya merasa cemas. Selama ini Rey belum pernah semarah ini. Rey tidak pernah mengamuk di depan matanya. Ragu-ragu Raina mulai meniti tangga, sampai di depan pintu kamar Rey langkah kaki Raina terhenti. “Masuk ke dalam!” Tiba-tiba Raina mendengar perintah tersebut dari Rey. Raina menggenggam gagang pintu kamar Rey, perlahan

