Bibah memejamkan matanya. Ia sedikit panik dan tremor saat memegang benda pipih usai dicelupkan di dalam cawan kecil yang berisi air seninya. “Ya Allah ... apa pun hasilnya, beri kelapangan hatiku untuk menerimanya,” ucap Bibah, lalu perlahan membuka matanya dan melihat hasilnya. Bibah tersenyum ringkih melihat hasilnya yang tidak ada perubahan garis di benda pipih itu. Ia menarik napasnya dengan perlahan, menenangkan dirinya yang sudah terlalu banyak berharap kalau dirinya akan hamil karena sudah terlambat datang bulan selama tiga minggu. Bibah keluar dari kamar mandi. Ia tidak mendapati suaminya di kamar, lalu ia keluar mencari suaminya. Ternyata Fahri baru saja dari depan membayar tagihan surat kabar yang menagih ke rumah. “Mas, dari mana sih?” tanya Bibah. “Itu biasa, tagihan sura