Bibah memeluk Ziya dari belakang saat dia sedang mengobrol dengan eyangnya. Ia menciumi pipi putrinya dengan sayang, seakan dia akan lama tidak memeluk dan menciumnya. “Mungkin kalau Ziya pergi jauhnya nanti kalau sudah lulus SMA, pas mau kuliah ibu enggak berat melepasakan Ziya. Tapi anak ibu ini masih dua belas tahun, masih kecil, baru beranjak remaja, jujur ibu berat melepaskan kamu sendiri, Nduk. Kamu nanti di sana bagaimana? Makan dan tidurnya terjamin atau tidak? Ibu salut dengan niat baik kamu untuk pergi ke pondok, tapi ibu rasanya gimana gitu, harus jauh dari kamu,” ucap Bibah sambil memeluk Ziya. Ziya menghadap ke ibunya, dia memandang wajah ibunya yang matanya sudah berkaca-kaca. Ziya menyentuh pipi ibunya, lalu Bibah memegangi tangan Ziya dan menciumnya. “Bu, perginya Ziya ke