Bibah masih tercenung setelah menerima telefon dari kuasa hukum Fauzan, dan memberitahukan sidang perceraiannya satu minggu lagi. Bibah tidak menyangka kalau secepat ini akan berakhir rumah tangganya dengan Fauzan, hanya karena masa lalu Fauzan yang masih ingin Fauzan ketahui lebih dalam. Bibah tersenyum getir dengan mengusap perutnya. Tidak mungkin juga Bibah mempertahankan pernikahannya yang sudah tidak sehat dari awal. Bibah juga tidak mau terus menyiksa batinnya, meski ia sedang hamil, lebih baik ia sendiri, membesarkan anak tanpa suami. Toh anaknya bukan dari hasil perzinahan, hasil pernikahan yang sah. “Bibah, kamu dari tadi belum makan, makan dulu, Sayang,” panggil Arini. “Bu, Bibah mau bicara sama ibu sebentar. Sama ayah juga kalau ayah ada di rumah,” ucap Bibah. “Mau bicara ap