Bella dan Andreas telah resmi menjadi pasangan suami istri yang sah, setelah sebelumnya sempat terjadi rumor bahwa pernikahan mereka akan dibatalkan karena ketidakhadiran Andreas menjelang akad. Namun, siapa sangka jika pria itu datang di menit-menit terakhir dan membuat pernikahan tersebut akhirnya berlangsung. Sehingga nama baik Pramana dan Adrian Tanuwidjaja tetap aman dan tidak dipermalukan.
Saat ini Bella dan Andreas sudah duduk di atas pelaminan dengan tenang. Keduanya tampak menunjukkan ekspresi bahagianya di hadapan semua orang yang ada di ruangan itu. Beberapa tamu undangan Adrian dan Pramana telah memenuhi kursi-kursi tamu VIP dan menikmati sajian. Mereka juga mengundang penyanyi papan atas untuk mengisi acara, sehingga membuat pesta pernikahan Bella dan Andreas semakin meriah.
Bella terlihat tenang, tapi sedikit merasa gelisah dalam duduknya. Ada banyak hal yang ingin dia tanyakan kepada pria yang kini telah menjadi suaminya. Gadis itu sangat penasaran dengan apa yang menyebabkan Andreas bisa datang terlambat.
Andreas yang menyadari kegundahan hati Bella pun tersenyum tipis. “Bila ingin bertanya, tanyakan saja.”
Mendengar ucapan Andreas membuat kepala gadis itu menoleh. “Kemana saja kamu? Bukankah aku sudah memintamu untuk datang ke hotel tadi malam, tapi kamu malah muncul beberapa menit sebelum akad.”
Andreas menoleh pada Bella yang saat ini menampakkan raut kesal, tapi ekspresi kesal gadis itu tidak bisa mengalahkan paras cantik wajahnya yang di make up minimalis.
“Ada masalah serius di bengkel dan tidak bisa ditunda,” balas Andreas dengan nada setenang mungkin. Dia sadar jika itu hanya alasan konyol yang sengaja dibuat-buat.
Bella tidak semudah itu mempercayai ucapan Andreas yang dirasa tidak cukup memberi jawaban yang tepat.
“Kamu berbohong. Papa mengatakan jika kamu datang dengan pakaian lusuh dan ada noda darah di baju kamu. Apa yang sebenarnya terjadi?” tanyanya dengan nada yang terdengar menuntut.
Andreas mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan, pada tamu-tamu yang hadir dan seketika tatapan matanya tertuju pada Indira yang tengah mengobrol dengan tamu undangan.
“Jika aku mengatakan bahwa ada seseorang yang tidak menginginkan pernikahan ini terjadi, apa kamu akan percaya?” tanya Andreas yang kembali menatap pada Bella.
Tentu saja mengetahui hal itu membuat Bella terkejut. “Siapa orang itu? Apa aku mengenalnya?”
“Jelas sekali kamu mengenalnya.” Tatapan mata Andreas kembali tertuju pada sosok wanita di sudut ruangan yang masih mengobrol dengan tamu undangan. Sepasang mata Bella yang ikut mengarah pada tatapan pria itu pun terkesiap.
“Tante Indira?” tanya gadis itu dengan suara tercekat.
Andreas menoleh pada Bella. “Aku pikir itu tidak mengejutkanmu.”
Bella mendesah panjang. Dia sama sekali tidak berpikir bila Indira berniat untuk menggagalkan pernikahannya, kecuali Indira mengetahui rencananya. Apalagi mengenai warisan itu, bila Indira berniat untuk menggagalkan pernikahannya itu artinya, ibu tirinya tidak rela jika dia mendapatkan harta warisan bagiannya.
Andreas hanya memperhatikan Bella yang tampak diam seakan tengah berperang dengan isi kepalanya sendiri.
Sementara itu, Indira yang mendapat panggilan telepon dari seseorang, buru-buru berpamitan pada tamu undangan untuk meninggalkan tempat tersebut. Indira bergegas menuju keluar ballroom di mana adiknya sudah menunggu.
“Apa yang kamu lakukan, Yudis? Kenapa pria itu bisa datang?” Indira langsung menyembur adiknya dengan kekesalannya.
Yudistira menggeleng cepat. “Sepertinya dia bukan orang sembarangan, Kak. Dia berhasil kabur dan membuat dua orang suruhanku mengalami luka-luka oleh senjatanya sendiri."
“Kurang ajar!” Indira mengumpat kesal mendengar penuturan adiknya. “Pernikahan itu tidak jadi dibatalkan karena dia datang. Kita kehilangan kesempatan untuk mendapatkan warisan itu.”
“Apakah pria itu tahu siapa pelakunya, Kak? Andai dia tahu, kakak harus berhati-hati.” Yudistira mencoba memperingatkan kakaknya.
Itu yang dikhawatirkan oleh Indira, karena dia sempat membayar Andreas untuk membatalkan pernikahannya.
“Mungkinkah dia menyadarinya?” gumam Indira yang masih bisa didengar oleh Yudistira.
“Berdoa saja semoga suami Bella tidak menyadarinya, Kak. Jika dia tahu, habislah kita.”
Ucapan Yudistira sangat membuat Indira khawatir, ditambah dengan rekaman suara yang dimiliki oleh Andreas. “Siapa sebenarnya pria itu?"
Mendengar ucapan sang kakak, Yudistira pun kembali berbicara, “Aku akan mencari tahu siapa pria itu, Kak."
Indira mengangguk. “Kamu harus bergerak cepat, Yudis. Aku khawatir jika pria itu mengacaukan Graha Sanata."
***
Sore harinya setelah acara resepsi pernikahan berakhir, Bella sudah ada di kamar pengantinnya di lantai paling atas hotel tersebut. Saat ini dia sedang bersama dengan Agisa yang menemaninya berganti pakaian.
“Kamu percaya jika Tante Indira berniat untuk menggagalkan pernikahan ini, Gis, dengan cara mencelakai Andreas. Dia ingin Andreas tidak hadir dan membuat pernikahan ini batal.”
Agisa tampak terdiam mendengar ucapan Bella. Dia terlihat shock, tapi sedetik kemudian gadis berambut sebahu itu mampu menguasai dirinya.
“Bisa saja dia memang melakukan hal itu, karena tidak mau kamu mendapatkan setengah warisan kakekmu, Bella. Itulah mengapa dia mencelakakan Andreas, sayangnya semua rencana dia tidak berhasil 'kan? Andreas bisa lolos dari perbuatan jahatnya dan yang lebih menyebalkannya lagi tidak ada bukti yang mengarah pada ibu tiri kamu, jika memang benar dia yang melakukannya.”
Bella mendengus kesal. Benar apa yang dikatakan oleh Agisa, tidak ada bukti kuat yang mengarah pada Indira sehingga mereka tidak bisa menunjukkan apa-apa. Andreas sendiri tidak benar-benar yakin bahwa orang-orang yang mencoba mencelakakan dirinya adalah anak buah Indira.
“Setelah ini kamu harus hati-hati, Bella, meskipun kamu sudah keluar dari kediaman kakekmu, aku khawatir ibu tiri kamu akan melakukan sesuatu yang lebih jahat lagi," ucap Agisa memperingatkan Bella.
Bella menatap Agisa dengan sorot mata tajamnya. Sahabatnya benar bahwa dia harus lebih hati-hati lagi, ditambah dia juga akan mendapatkan warisan dari sang kakek.
Percakapan Bella dan Agisa diinterupsi oleh suara ketukan pintu kamar. Kedua gadis itu menoleh ke arah pintu.
“Mungkin itu suami kamu,” ucap Agisa seraya berdiri dari duduknya dan melangkah ke arah pintu untuk membukanya. Dan, benar saja orang yang mengetuk pintunya adalah Andreas.
Agisa lantas membuka pintu sedikit lebar dan mempersilakan pria itu masuk. Kemudian Agisa kembali menghampiri Bella untuk mengambil tas tangannya.
“Oke, Baby. Aku pergi dulu, ya, jangan lupa kabari aku mengenai kelanjutannya," ucap Agisa seraya mengecup pipi Bella.
Bella menganggukkan kepalanya dan membiarkan Agisa meninggalkannya.
Agisa sempat melirik ke arah Andreas, lalu melewatinya begitu saja.
Setelah pintu kamar tertutup, tinggallah Bella dan Andreas di kamar tersebut.
Andreas melangkah ke arah sofa panjang, lalu merebahkan tubuhnya di sana. Dia baru saja diinterogasi oleh Adrian mengenai keberadaannya tadi pagi yang hampir saja membatalkan pernikahan. Tubuhnya sudah sangat lelah sejak tadi pagi, tapi sengaja ditahannya. Dan, sekarang yang diinginkannya hanya berbaring.
“Bisa ceritakan padaku bagaimana bisa kau mencurigai Tante Indira?" tanya Bella menatap pria yang tengah memejamkan matanya di sofa.
Andreas membuka matanya dan memandangi langit-langit kamar. “Sepulang dari butik, dia mencoba memberi penawaran untukku.”
Sontak saja Bella terkejut dan berdiri dari duduknya. “Penawaran macam apa?”
“Untuk membatalkan pernikahanmu. Dia memberiku uang seratus juta, bahkan dia mau memberiku lebih dari itu.”
Bella memaki ibu tirinya dalam hati. Bisa-bisanya wanita itu berniat untuk mengacaukan rencananya.
“Kenapa kamu menolaknya?” Bella bertanya lagi.
Andreas menatap Bella dengan mata lelahnya. Mudah saja menjawab pertanyaan gadis itu, hanya saja dia tidak—belum saatnya—untuk mengatakannya secara jujur. “Aku sudah terikat kontrak denganmu.”
Bella menghela napas, kemudian berjalan ke arah jendela kamar dan memandang keluar. Indira mulai berani mengeluarkan taringnya, setelah selama mereka bersama dan sekarang wanita itu mulai bereaksi.
Tidak lama kemudian Bella mendengar suara Andreas yang meringis, lalu tatapan matanya melihat bayangan pria itu yang sudah bertelanjang d**a melalui kaca jendela. Gadis itu terkesiap ketika melihat d**a Andreas, dan sontak saja menoleh ke arah belakangnya dengan raut wajah cemas. Sehingga membuat tatapan mata mereka saling bertemu.